posting

Wednesday, May 18, 2016

metode pembelajaran dengan yel-yel

Yel-yel Kelompok 4
Refleksi Materi
Mata kuliah Teori dan Praktik Pembelajaran Komunikasi Lisan

Hai kawan semua
Bagaimana kabarnya?
Semoga baik-baik saja

Hai kawan semua
Kami kelompok empat
Siap memaparkan materi
Materi nomor 12
Membahas kurtilas SMP

Kelompok empat kelompok empat kelompok empat
Empat empat empat siap memaparkan materi
Materi kurtilas kurtilas smp
Marilah kita mulai oh oh oh oh oh
Kami kelompok empat oh oh oh oh oh

Membahas kurtilas

KESADARAN PERASAAN HATI

KESADARAN PERASAAN HATI

Lela Laelasari


Hati Ini Menjerit
Seakan Terdengar Ke Penjuru Langit
Namun Dalamnya Hati
Tak Akan Pernah Terseberangi Oleh Hati Manusiawi

Tak Banyak Orang Tahu Tentang Ini
Hanya Hati Yang Merasakan Pedih
Letih Diri Untuk Jalani Hari
Namun Syukur Tetap Harus Menyelimuti Hati

Sebenarnya Aku Harus Sanggup Akan Semua Ini
Harus Bisa Berserah Diri
Mungkin Inilah Takdir Ilahi

Yang Seharusnya Patut Aku Tasbihi 

Sunday, February 21, 2016

Surat Cinta Untuk MahaCinta (Tuhan dan orang tuaku) :') #justMotivation

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

#selfReminder

aku tahu tak ada manusia yang sempurna di dunia ini. aku menyadari hal itu, menyadari bahwa aku adalah salah satu dari manusia yang tidak sempurna itu. kesempurnaan hanya milik Allah SWT, sesungguhnya Dia adalah yang MahaSempurna.

akhlakku yang sering kali fluktuasi yang menyebabkan ketidaksempurnaan diri. seringkali lupa pada Dia yang selalu memberi kenikmatan juga orang-orang terkasih yang siap sedia melayani segala kebutuhan ini. tapi apa? aku malah ingkar dengan semuanya.

tangisan ini kadang tak berarti saat aku sesali semua perbuatanku yang terkadang lupa akan nikmatMu dan malah senang hidup di dunia dengan munafik. maafkan aku Tuhan.

Ayah, bu, aku minta maaf karena aku sudah membuat kalian menderita dan diri aku ditanami duri.

hari ini, aku bertanya pada diriku sendiri. sampai kapankah aku seperti ini? akankah aku menjerumuskan diri pada neraka yang panas bersama orang tuaku? oh, TIDAK.

Ayah Ibu... semoga dengan berbagai motivasi aku akan menjadi lebih baik. doakan aku ya untuk selalu siap menghadapi semua tantangan ini. karena sesungguhnya kemenangan datang setelah bisa melewati berbagai tantangan yang menghadang diri.

Tuhan....
mohon ampuni dosa-dosa ini dan dosa orang tuaku. lindungi setiap langkah kami mencapai ridhoMu.
sehatkan orang tuaku hingga nanti aku bisa hidup bahagia bersama mereka kelak tertawa untuk tersenyum karena aku move on menjadi lebih baik.

didikan ini tak akan pernah ku lupa. hingga nanti aku wisuda semoga kalian selalu bersamaku.






"ayo semangat untuk berubah dan lebih baik untuk masa depan"
kebahagiaan tak akan datang jika tak dijemput dengan usaha...




your daughter


...

Thursday, January 14, 2016

Analisis Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama Tak Ada Bintang di Dadanya

 Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
Sinopsis Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)  


“Tak Ada Bintang Di Dadanya”
(Hamdy Salad)
                Suatu pagi sehabis subuh Pak Hasan sedang duduk di ruang kerjanya. Ia sedang memeriksa PR murid-muridnya dengan diterangi lampu belajar. Ia juga ditemani radio yang mengumandangkan lagu-lagu qasidahan. Kemudian istrinya datang membawakannya kopi dan meletakkan kopi itu di atas meja.
                Istrinya menyuruh Pak Hasan untuk istirahat dulu sejenak, karena ia terus saja mengurus pekerjaannya setelah pulang dari luar kota kemarin. Lalu, Pak Hasan menjawab dan menjelaskan bahwa melaksanakan tugas dan kewajiban itu juga seperti jalan-jalan yang menyehatkan badan, hati, juga pikiran. Pak Hasan lanjut menjelaskan, bahwa pekerjaannya itu adalah masalah penting yang membahas agama. Jadi, mesti diperiksa dengan benar. Ia tak mau kalau murid-muridnya itu menjadi generasi yang rusak karena gurunya yang mengoreksi soal-soal yang penting dan fundamen saja seperti main-main.
                Istrinya mengobrol sambil melanjutkan meyapu lantai. Istrinya pun berbicara kalau baiknya Pak Hasan bekerja seadanya saja tanpa membedakan apakah itu matematika, ekonomi, atau agama, karena sama-sama pelajaran di sekolah.
                Pak Hasan pun menjelaskan kembali kalau itu beda urusannya. Kalau matematika yang salah, itu bisa diperbaiki. Tetapi kalau soal agama, bisa bahaya jika ada kesalahan, karena masuk ke dalam hati. Salah sedikit saja akan mempengaruhi tingkah laku anak. Pelajaran agama itu juga masalah hati, masalah moral bangsa, masalah kehidupan dunia dan akhirat. Jadi, bukan sekadar angka, tidak bisa disamakan dengan matematika atau pelajaran lainnya.
                Setelah menyimak penjelasan dari Pak Hasan, istrinya pun mengerti bahwa jika ada kesalahan dalam memahami dasar-dasar agama, bisa jadi salah seumur hidup. Karena pandangan itulah Pak Hasan selalu berusaha untuk serius. Walau dia tahu, serius atau tidak serius, gaji guru akan tetap saja. Pak Hasan benar-benar menyadari kewajibannya dengan selalu bersikap ikhlas, teliti, dan bukan seenaknya sendiri.
                Kemudian, istrinya mengingatkan lagi kalau kesehatan Pak Hasan juga perlu diperhatikan agar tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai guru. Kalau Pak Hasan sakit, istrinya akan kerepotan dan anaknya yang masih kuliah di luar kota akan merasa khawatir dengan keadaan Ayahnya.
                Perbincangan mereka pun terputus karena tercium bau gosong di dapur akibat masakan istrinya yang lama ditinggal ngobrol. Istri Pak Hasan pun pergi ke dapur untuk melihat masakannya dan Pak Hasan kembali melanjutkan pekerjaannya.  
                Pak Hasan masih terlihat memeriksa PR sampai ia menguap berkali-kali dan tiba-tiba tertidur. Dalam tidurnya Pak Hasan bermimpi didatangi tiga orang anak didiknya dulu yang berpenampilan seperti preman yang hendak merampok. Dalam mimpinya, anak pertama berbicara  seolah menyalahkan sosok Pak Hasan sebagai seorang guru yang dulunya mengajarkan mereka untuk bersikap baik hati, selalu ikhlas, dan bersyukur. Tetapi, pada kenyataannya mereka masih hidup dalam kemiskinan bahkan menderita. Lalu, anak kedua juga berbicara dan menyalahkan Pak Hasan karena mengajarkan untuk hidup sederhana, tidak boleh mencuri, dan tidak boleh mengambil hak orang lain, serta tidak boleh pacaran. Kemudian, anak ketiga pun menyalahkan Pak Hasan dan mengusulkan untuk menghabisi Pak Hasan dan membuangnya saja karena telah membuat mereka menderita. Dalam mimpinya juga, Pak Hasan dimaki-maki dan dihina serta disalahkan karena menjadi seorang guru yang hanya bisa ngomong saja yang baik-baik tetapi dengan berbuat baik mereka tetap saja hidup dalam kemiskinan dan menderita kesusahan.
                Setelah itu, tiba-tiba Pak Hasan dikagetkan dengan kedatangan istrinya yang membangunkannya. Istrinya juga memberi tahu kalau ada tamu diluar yang menunggunya. Pak Hasan masih kaget dengan mimpinya. Lalu, ia menceritakan kepada istrinya bahwa ia baru saja mimpi buruk karena di mimpinya ia didatangi oleh murid-muridnya yang malah menjadi preman dan menyalahkan pengajaran agama yang disampaikannya kepada mereka. Istrinya mencoba menenangkan Pak Hasan dengan menjelaskan kalau mimpi itu hanya bunga tidur, bisa saja dalam kenyataannya kita akan mengalami yang sebaliknya dari mimpi itu.
                Tamu mereka pun sudah lama menunggu di luar. Istrinya Pak Hasan lalu membukakan pintu. Para tamu pun masuk. Ternyata yang datang adalah murid-muridnya Pak Hasan. Mereka tahu kalau hari itu Pak Hasan tidak ada kelas untuk mengajar, maka mereka pun datang ke rumahnya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Pak Hasan pun heran dengan kedatangan muridnya. Ia takut kalau mimpinya menjadi kenyataan. Perbincangan mereka pun terhenti saat Istri Pak Hasan masuk dan membawakan minuman untuk para tamunya. Setelah meletakkan gelas-gelas itu, istri pak Hasan pun kembali ke dapur untuk membereskan pekerjaannya.
                Pak hasan pun semakin takut dengan mimpi buruknya yang menjadi kenyataan karena muridnya yang datang tidak langsung memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke rumah Pak Hasan. Lalu, salah satu anak muridnya memberikan amplop pada Pak Hasan. Pak Hasan pun semakin bingung.
                 Tiba-tiba anak muridnya yang lain masuk, ternyata mereka sudah menunggu di luar rumah beberapa orang. Mereka membawakan kue ulang tahun, meniupkan terompet dan memberikan hadiah kepada Pak Hasan. Pak hasan terkejut dan merasa senang ternyata mimpinya tidak menjadi nyata.
                Pak hasan mengucapkan terima kasih kepada anak muridnya yang telah mengingat kelahirannya. Tetapi ia menjelaskan bahwa yang lebih baik itu bukan mengingat kelahiran tetapi hari kematian. Pak Hasan juga mengingatkan kepada mereka untuk terus beribadah karena ajal atau hari kematian itu tidak akan ada yang tahu, maka kita sebagai manusia harus bisa menjalankan ibadah kepada sang pencipta dimana pun dan kapan pun. Supaya kita tidak menyesal nantinya.
                Lalu, Pak Hasan pun membuka hadiah dari muridnya. Ternyata isinya adalah foto Pak Hasan yang memiliki simbol bintang di dadanya. Tetapi, Pak Hasan menyuruh muridnya untuk melepaskan simbol bintang itu dengan alasan bintang itu untuk pangkat jendral. Sedangkan, ia bukan jendral, bukan juga pahlawan perang. Maka dari itu, lambang bintang itu bukan untuk dirinya yang hanya sebagai Guru. Salah satu muridnya pun melepaskannya dan memberikan hadiahnya kepada Pak Hasan.
                Alasan Pak Hasan menyuruh menanggalkan lambang bintang dari fotonya adalah tak lain ia merasa hanya sebagai guru agama yang tak pantas mendapatkan bintang di dalam gambar fotonya, karena tugasnya hanyalah mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak muridnya. Semua itu dilakukan karena ibadah dan mengharapkan pahala dari Tuhan. Mengajar itu menurut Pak Hasan bukan untuk mendapatkan bintang. Tetapi, itu semua tugas dan kewajibannya sebagai guru agama.
                Anak-anak muridnya pun mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak hasan karena telah banyak mengajarkan hal-hal baik kepada mereka soal moral, etika, dan terutama agama yang akan dibawa dalam kehidupan mereka dunia dan akhirat kelak.

 Analisis Unsur-unsur Intrinsik Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
a)      Tema
Tema yang diangkat dalam cerita drama ini adalah Seorang Guru yang Begitu Perhatian dan Peduli  kepada Murid-muridnya Terutama dalam Moral dan Etika”.
b)      Plot atau Alur
Plot atau alur cerita drama ini adalah alur maju.
c)       Tokoh dan Penokohan
1)      Pak Hasan, seorang guru agama yang baik hati, selalu mengajarkan kebaikan pada murid-muridnya, tidak pernah capek dalam bekerja, tidak pernah putus asa, pantang menyerah, dan selalu serius juga teliti dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
2)      Istri Pak Hasan, baik hati, penyayang, perhatian kepada suaminya, tetapi sedikit kurang mengerti soal tugas dan kewajiban dalam pekerjaan yang menganggap tugas guru itu hanya main-main dan menyepelekan pekerjaan suaminya.
3)      Tiga anak dalam mimpi, berperan antagonis yaitu anak-anak nakal yang tidak punya sopan santun, tidak beretika, tidak tahu diri, dan mereka orang-orang yang menyalahkan jasa guru mereka sendiri.
4)      Bu Amir, tetangga Pak Hasan, ia seorang dosen dan juga berteman baik dengan Istri Pak Hasan.
5)      Midun, tokoh yang diceritakan Istri Pak Hasan yang mempunyai perangai tidak baik dan seorang narapidana.
6)      Anak-anak Pak Hasan yang sedang kuliah di luar kota,
7)      Murid-murid pak Hasan.
d)      Latar
Latar tempat; di rumah Pak Hasan, di dalam mimpi, di luar kota, dan di dapur.
Latar waktu; pagi hari sehabis subuh, kemarin, pagi menjelang siang.
Latar suasana; penuh semangat dalam bekerja yang dialami dan dijalani pak hasan, tiba-tiba menjadi kaget dan ketakutan karena pak hasan alami mimpi buruk dan mengerikan karena muridnya yang ingin mencoba mencelakainya, tapi berubah menjadi bahagia dan bangga ternyata mimpinya tak menjadi kenyataan, ternyata pada hari itu pak hasan ulang tahun dan mendapat hadiah serta doa dari murid-muridnya.
e)      Amanat
1)      Jadilah guru yang baik, yang bisa dijadikan panutan oleh murid-muridnya, yang mengajarkan banyak hal baik pada orang lain, dan bekerja sesuai tugas dan kewajibannya tanpa mengharap imbalan apapun karena dilakukannya dengan ikhlas.
2)      Jangan membicarakan kejelekan orang lain
3)      Jadilah murid yang baik dan hormat kepada guru
4)      Ingatlah semua pengorbanan dan jasa guru kepada kita, karena tanpa mereka kita tidak akan pernah mencapai semuanya sampai akhir dan meraih tujuan yang kita inginkan.

Analisis Unsur-unsur Ekstrinsik Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
a)      Latar Belakang Kehidupan Pengarang
-
b)      Nilai-nilai yang terkandung
Nilai moral;
Haruslah ingat kepada jasa-jasa guru yang telah mengantarkan kita mencapai berbagai impian dan cita-cita
Nilai sosial;
Bersikap sopan dan hormatlah kepada guru-guru kita walau kita sudah menjadi alumni, tapi jasanya akan tetap ada dan terkenang dalam hati sanubari.
Nilai religius;
Dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban kita harus ikhlas, jangan mengharapkan imbalan apapun yang akan kita terima. Cukup dengan mengharapkan pahala dari Tuhan YME dan semua yang kita lakukan diniatkan untuk ibadah semata kepada Allah.
Nilai pendidikan;

Sampaikanlah berbagai kebaikan pada sesama tanpa mengharapkan imbalan dan upah apapun. Melalui cerita ini kita dididik untuk dapat menghormati guru, teman, dan sesama kita dengan baik. Bukan dengan menyalahkan semua yang telah diberikan orang lain pada kita, karena itu semua tak berguna, itu hanya menandakan lemahnya iman saat menjalani kehidupan yang fana ini. 

Analisis Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama Kotak Surat Terakhir

Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori)
Sinopsis Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori)

“Kotak Surat Terakhir”
(Mochamad Asrori)
                Suatu hari Re, Yo, dan Ed mendapat kiriman surat dari Ayahnya, Seno.

                ”Aku tak perlu mengingatkan lagi sudah berapa pucuk surat yang telah kulayangkan. Ini adalah surat terakhir yang kutulis. Surat ini bukan instruksi, surat ini adalah amanat. Patuhilah. Sebagai surat terakhir, mungkin ini adalah kepatuhanmu yang terakhir kali pula. Pulanglah dan cobalah bahagiakan Ibumu di hari ulang tahunnya. Dari seorang yang selama ini kau panggil ayah”.
               
                Mereka bertiga membaca surat itu, tetapi Ed malah meremas surat itu dalam kepalan lalu berteriak dan meninju sansak di sampingnya. Sementara Re mencampakkan surat ke tanah, mengambil palet dan kuas, dengan geram, gerakan tangannya cepat  menggores kanvas disampingnya. Lain lagi dengan Yo yang dengan pelan melipat  surat dan menyelipkan di buku tebal yang ada di depannya.
                Sementara di Garasi rumah, Seno dan Gun, adiknya, sedang membahas mengenai kotak surat yang dibuat oleh Seno. Seno pun dengan bangga memperlihatkan karyanya kepada Gun. Tetapi Gun terlihat menilai biasa saja terhadap karya tersebut. Itu hanyalah kotak surat biasa, pikir Gun. Tetapi Seno ngotot untuk menyuruh Gun menilai lebih jauh lagi. Gun merasa ada yang aneh dengan kakaknya ini, karena dia seolah kehilangan akal, bersikap tak seperti biasanya dengan terus memperhatikan karya sebuah kotak surat itu.
                Ternyata Seno bangga terhadap karyanya adalah karena bahan yang digunakan adalah terobosan baru yaitu bahan metalion delirium polyester. Gun masih tetap merasa aneh terhadap tingkah laku kakaknya tersebut. Lalu, Gun pun menyuruh Seno untuk terbuka kepadanya, dia penasaran tentang apa yang ada dalam hatinya. Kemudian Seno marah, dia tersinggung karena dianggap gila dan menyuruh Gun untuk pergi meninggalkannya sendiri di dalam Garasi itu.
                Keesokan harinya, Ed dan Yo mengunjungi kosan adiknya, Re. Mereka terlihat akan pergi ke suatu tempat. Sementara itu, di halaman rumahnya, Seno sedang asyik memasang kotak surat buatannya itu. Kemudian istrinya menghampiri Seno. Mereka berbincang ria menikmati pagi yang cerah. Seno juga kembali menjelaskan tentang kotak surat itu bahwa kotak surat itu terbuat dari bahan sintetis penemuan terbaruku. Bahan tersebut akan membuat kotak suratnya tak lekang dimakan usia. Tidak akan berkarat dan rusak. Konstruksinya sangat kokoh. Hujan badai tak akan menggoyahkanya. Tendangan bola nyasar anak-anak tidak akan membuatnya bergetar, apalagi pesok seperti nasib kotak surat kita sebelumnya. Kotak surat ini juga anti air, setetes pun air tak akan mampu meresap ke dalam. Surat-surat dalam kotak tidak akan rusak, akan selalu aman terjaga. Suhu di dalamnya juga akan tetap terjaga. Sesuai dengan kebutuhan kertas surat. Panas tidak akan berpengaruh sama sekali. Warnanya akan selalu baru, tak akan mengelupas atau luntur dalam lima dekade. Garansi. Satu hal lagi, aromanya. Aroma kotak surat ini sangat berbeda dengan kotak surat dari kayu atau logam. Lebih harum. Begitulah penjelasan Seno kepada istrinya.
                Istrinya pun sudah mengira kalau suaminya itu merindukan anak-anaknya sehingga dia memperbaiki kotak surat yang sebelumnya rusak. Tapi, Seno tak mengaku kalau dirinya memang merindukan anak-anaknya. Tak lama istrinya mengajak Seno untuk sarapan. Mereka pun masuk ke dalam rumah untuk sarapan.
                Ternyata perjalanan ketiga anak Seno itu mengalami hambatan. Mereka kecelakaan dan mobilnya masuk ke hutan. Mereka tak tahu harus minta pertolongan kemana, karena disana tak terlihat ada orang yang bisa menolong mereka. Mereka pun terpaksa untuk menunggu sampai fajar tiba. Yo memulai pembicaraan kepada Re,menanyakan seputar kuliahnya. Re pun menjawab bahwa semuanya baik. Tetapi, mereka masih mengkhawatirkan mobil Ayahnya yang tergores, dan banyak kerusakan karena kecelakaan itu.
                Mereka memikirkan untuk membeli kado ulang tahun ibunya. Ed pun menyarankan untuk membeli bunga saja nanti di perjalanan. Tetapi, Re membantah karena bunga seperti kado untuk orang sakit. Ed pun mengumpulkan kayu-kayu untuk membuat perapian di hutan. Sementara Yo mengobati lukanya yang dibantu oleh Re. Besoknya, mereka melanjutkan perjalanan.
                lalu, di ruang makan. saat istrinya sibuk membenahi meja makan dan menata hidangan Seno muncul membawa kue tar lengkap dengan lilin berbentuk angka 40. sambil berjalan mendekati istri, seno menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Setelah selesai, istrinya meniup lilin tersebut dan memberi ciuman pada seno. Istrinya mengucapkan terima kasih pada Seno.
                Seno pun merasa kalau yang seharusnya membawakan kue adalah anak-anaknya, tetapi mereka belum juga datang. Terlihat Seno sangat sedih, tetapi dengan semangatnya ia pun langsung sadar dan mengatakan walaupun dia sudah tua dan rambutnya memutih, dia akan baik-baik saja dan sehat seperti sekarang ini. Rencana Seno menyuruh anak-anaknya pulang adalah untuk mendampingi, menghibur, dan meramaikan rumah jika nanti waktunya hidup sudah habis, begitu pikirnya.  
                Ed, Yo, dan Re sudah menginjak halaman rumah ayah mereka. Akhirnya mereka sampai dan buru-bur menemui Ibu mereka. Mereka masuk ke dalam, takut Ayahnya marah karena mobilnya banyak tergores. Lalu, mereka melihat sebuah kotak surat yang di buat Ayahnya tempo hari. Tapi, ada sedikit keanehan pada kotak surat itu setelah mereka teliti. Ternyata kotak surat itu tak mempunyai lubang suratnya.            
                Mereka berpandang-pandangan heran. Tapi tak lama mereka kemudian berpaling ke arah pintu rumah. Bersama-sama mereka berteriak.

Ayah.... Ibu.... Kami pulang….

Analisis Unsur-unsur Intrinsik Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori))
a)      Tema
            Tema pada cerita ini adalah “kerinduan seorang Ayah pada anak-anaknya” atau “kotak surat terakhir yang dibuat Ayah untuk anak-anaknya”.
b)      Plot atau Alur
Plot atau Alur cerita drama ini adalah alur maju.
c)       Tokoh atau Penokohan
1)      Seno, 45 tahun, penampilan jauh lebih tua dari usianya, baik hati, tetapi merasa kesal terhadap anak-anaknya yang sudah lama tak pulang menjenguknya.
2)      Gun, 42 tahun, adik Seno, perhatian pada kakaknya.
3)      Istri, 40 tahun, istri Seno, baik hati, sayang terhadap keluarga.
4)      Ed, 20 tahun, anak pertama Seno-Istri, taruna polisi
5)      Yo, 19 tahun, anak kedua Seno-Istri, mahasiswa tingkat awal fakultas kedokteran
6)      Re, 18 tahun, anak ketiga Seno-Istri,  mahasiswa tingkat awal fakultas seni
d)      Latar
Latar tempat; di Kosan, di rumah, di halaman dan kebun rumah, di ruang makan, di perjalanan, dan di hutan.
Latar waktu; suatu hari, pagi, siang, dan malam hari.
Latar suasana; kerinduan yang mendalam dari Ayah untuk anak-anaknya, kesal karena saudara bertiga itu kurang akur dan rencana Ayahnya untuk menyuruh mereka pulang dalam satu mobil, bahagia karena Istrinya ulang tahun dibawakan kue oleh suaminya, Seno. Suasana sedih, karena ketiga saudara itu mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang menuju rumah ayahnya, kebersamaan mereka terjalin kembali dengan harmonis atas kejadian itu. Suasana heran saat melihat kotak surat yang tak memiliki lubang surat, ternyata itu adalah kotak surat terakhir yang di buat Ayah untuk anak-anaknya.
e)      Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerita drama ini adalah;
1)      Sayangilah dan hormatilah kedua orang tua selagi masih ada, jangan sampai kita menyesal;
2)      Buatlah orang tua merasa bahagia dengan kedatangan kita yang selalu ada untuk mereka dan menjenguk mereka;
3)      Orang tua membutuhkan anak-anaknya saat usia tua nanti, jadilah anak-anak yang berarti dan selalu berbakti kepada mereka; dan
4)      Hiduplah rukun dan harmonis bersama keluarga dan saudara-saudara.

Analisis Unsur-unsur Intrinsik Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori))
a)      Latar Belakang Kehidupan Pengarang
            Mochammad Asrori dilahirkan di kota Surabaya, 24 Juni 1980. Alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya. Menulis esai, cerpen, dan puisi di tengah rutinitas sebagai wartawan Glocal Magazine. Saat ini bergiat di komunitas penulis Warung Fiksi. Alamat: Dsn. Sidonganti RT.02/RW.01, Ds. Ngingasrembyong, Sooko, Mojokerto, 61361. Email: rori_story@yahoo.com.
b)      Nilai-nilai yang Terkandung
Nilai moral:
Cerita ini mengajarkan untuk selalu menghormati dan menyayangi kedua orang tua. Jangan sampai karena kita sibuk dengan masa dewasa kita sehingga kita lupa pada orang yang telah merawat kita hingga dewasa. Mengajarkan untuk selalu mendampingi orang tua saat tua nanti karena yang dibutuhkan hanya kasih sayang anak-anaknya.
   Nilai sosial:

   Hidup rukun dan harmonislah bersama keluarga dan saudara-saudara. 

Analisis Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama Majalah Dinding

 Analisis Drama
Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
 Sinopsis Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)

“Majalah Dinding”
(Bakdi Soemanto)
                Suatu pagi di ruang kelas ada seorang siswa yang sedang duduk di atas meja. Siswa itu namanya Anton. Ia adalah pemimpin redaksi majalah dinding. Disana dia ditemani Rini, sekretaris redaksi, yang sedang duduk di kursi. 
                Pada waktu itu hari Minggu, pagi-pagi sekali Anton buru-buru pergi ke sekolah karena mendengar berita dari Wilar, wakil pemimpin redaksi sekolah, bahwa majalah dinding itu di bredel oleh kepala sekolah gara-gara Trisno mengejek Pak Kusno, guru karate.
                Seorang siswa lainnya, Kardi sedang membaca buku. Ia adalah eseis yang suka menuliskan karangannya di majalah dinding sekolah. Lalu, Anton meminta tolong pada Kardi untuk membantunya menyusun surat protes kepada kepala sekolah. Tetapi, Rini merasa kalau protes tak ada gunanya, karena kepala sekolah itu berlagak penguasa. Sedangkan, menurut Kardi tindakan kepala sekolah seperti itu adalah mendidik. Bagi Anton, mendidik itu bukan begitu caranya.  Rini pun berpendapat kalau lebih baik mereka protes diam dengan cara mogok kerja sebagai staf redaksi. Anton sebagai pemimpin redaksi masih memikirkan nasib anggotanya yaitu Trisno. Trisno masih dalam bahaya karena karikaturis redaksi itu bisa celaka akibat ulahnya tersebut. Pemimpin redaksi itu pun bingung bagaimana cara menyelesaikan masalah ini. Mereka semua pun memikirkan bagaimana caranya dengan terus berdiskusi. Mulai dari usulan untuk melakukan front terbuka, tetapi takut orang luar tahu dan sekolah menjadi cemar. Usulan untuk melakukan main gerilya, tetapi takut kalah. Mereka juga merasa bingung karena berhadapan dengan orang tuanya sendiri sebagai kepala sekolah.
                Tiba-tiba Trisno datang dengan nafas terengah-engah. Peluhnya berleleran. Lalu, semua orang menyemprot Trisno dengan berbagai pertanyaan. Setelah itu, Trisno pun menjelaskan bahwa ia telah dipanggil oleh kepala sekolah ke rumahnya. Dia pun menjelaskan kalau dia didesak oleh kepala sekolah soal majalah dinding itu dan mengatakan kalau semuanya adalah ide dirinya sendiri. Lalu dia pun mengatakan bahwa tanpa sepengetahuan Anton dia memasang karikatur itu, dan sepenuhnya tanggung jawab dirinya.
                Tiba-tiba Anton marah, dia merasa tersinggung oleh sikap Trisno. Seharusnya Antonlah yang mesti di undang dan sebagai penanggung jawabnya. Tetapi pada dasarnya Trisno hanya ingin melindungi Anton sebagai pemimpin redaksi karena itu semua kesalahannya. Tetapi Anton malah memarahi Trisno dan menganggapnya hendak berlagak pahlawan lalu Trisno pun pergi meninggalkan kelas. Setelah itu, Wilar datang. Dengan cepat Rini menanyakan kepada Wilar apakah Pak Lukas mau menolong mereka dalam masalah ini. Wilar pun menjawab kalau Pak Lukas mau menolong mereka. Wilar lanjut menjelaskan bahwa Pak Lukas sebagai wali kelasnya akan ikut bertanggungjawab atas perbuatan Trisno terhadap Pak Kusno. Tetapi, dengan syarat bahwa mereka tidak boleh bertindak sendiri. Lalu Pak Lukas menyatakan kalau dia yang akan maju ke Bapak Kepala Sekolah.  Pak Lukas pun tahu kalau Pak Kusno memang kurang beres. Tetapi, kalau mereka bertindak sendiri-sendiri, maka akan dilaporkannya ke Polisi.
                Setelah kejadian itu, mereka merenungkan bahwa Pak Lukas, wali kelasnya memang guru sejati, karena sudah mau melibatkan dirinya dengan problem anak-anaknya. Rini pun merasa kalau Pak Lukas seperti bapaknya sendiri. Pak Lukas seorang bapak yang melindungi dan sifatnya lembut seperti seorang Ibu. Pak Lukas memang penyelamat anggota staf redaksi saat itu. Mereka pun menyimpulkan kalau kreativitas ternyata membutuhkan perlindungan.

Analisis Unsur-unsur Intrinsik Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
a)      Tema
                Tema yang diangkat dalam cerita drama ini adalah mengenai anggota staf redaksi majalah dinding yang berusaha menyelesaikan masalah pembredelan mading yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, karena sikap salah satu anggotanya, Trisno, seorang karikaturis telah mengejek Pak Kusno, guru karate. Temanya : diskusi para anggota staf redaksi dalam penyelesaian masalah pembredelan mading.
b)      Alur
                Alur cerita drama ini adalah alur maju karena diawali dengan Anton, pemimpin redaksi yang bingung karena masalah pembredelan mading oleh Kepala Sekolah. Hingga akhirnya semua anggota staf redaksi pun berembug untuk menyelesaikan masalah tersebut. Lalu, mereka pun mendapatkan solusi dengan Pak Lukas, wali kelasnya yang akan membantu turun tangan dalam masalah ini dan akhirnya masalah pembredelan pun selesai. Selanjutnya, mereka merenungkan kalau ternyata kreativitas itu membutuhkan perlindungan.
c)       Tokoh
1)      Anton; pemimpin redaksi, kurang memperhatikan pada kinerja anggota stafnya sehingga terjadi masalah pembredelan oleh kepala sekolah, orang yang gampang emosi terhadap suatu hal yang kurang berkenan di hatinya, menyalahkan orang tanpa mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu, tetapi pada akhirnya ia menyadari semua salahnya dalam menyikapi masalah dengan mencoba merenungkan semuanya sehingga solusi pun didapat dan masalah menjadi selesai.
2)      Rini; sekretaris redaksi, setia menemani anggota staf dalam masalah, mencoba membantu mencari jalan keluar dalam masalah itu.
3)      Kardi; eseis atau karikaturis yang tulisannya mulai dikenal lewat majalah dinding, seseorang yang bijak dalam menyikapi masalah karena ia selalu berpikiran baik terhadap orang walau tindakannya kurang menyenangkan, dia orang yang cerdik dan cerdas dalam mencari solusi, seorang penasihat yang baik pada teman-temannya, dia juga orang yang sering di katakan filsuf oleh teman-temannya karena ucapannya yang selalu bijak.
4)      Trisno; seorang karikaturis majalah dinding yang mengejek Pak Kusno, biang semua masalah dalam cerita drama ini, tetapi Trisno orang yang mau bertanggungjawab atas semua kesalahannya walau tak dihargai oleh pemimpin redaksinya, dia berani mengambil resiko apapun atas kesalahan yang ia perbuat.
5)      Wilar; wakil pemimpin redaksi, orang yang mau membantu staf anggota redaksi dalam menyelesaikan masalah dengan meminta bantuan pada wali kelasnya.
6)      Pak Kusno; guru karate yang sikapnya kurang beres.
7)      Pak Lukas; guru wali kelas yang mau melibatkan dirinya dalam masalah anak-anak didiknya dan seseorang yang ikut bertanggungjawab dalam penyelesaian masalah anaknya, dia juga guru sejati yang melindungi, sifatnya lembut keibuan, dan seorang penyelamat bagi anggota staf redaksi saat itu.
d)      Latar
Latar tempat;
                    ruang kelas dan rumah Pak Kepala Sekolah.
Latar waktu;
    hari Minggu dan pagi hari.
 Latar suasana;
    Suasana pada saat itu adalah kaget karena pemimpin redaksi mendapat berita pembredelan mading oleh kepala sekolah karena salah satu anggotanya Trisno mengejek Pak Kusno, sebagai guru karate. Semua anggota menjadi bingung bagaimana menyelesaikan masalah itu. Lalu, berubah menjadi tegang karena Anton, pemimpin redaksi itu marah kepada Trisno atas sikapnya. Tetapi, keadaan menjadi tenang kembali dan mereka semua pun mendapatkan solusi dari masalah tersebut dengan datangnya Wilar yang membawa kabar kalau Pak Lukas mau membantu mereka menghadap ke Kepala Sekolah untu membicarakan hal tersebut.
e)      Amanat
1)      Jangan menyelesaikan masalah dengan emosi;
2)      Hargailah keputusan orang lain;
3)      Ingatlah bahwa kreativitas itu membutuhkan perlindungan.

 Analisis Unsur-unsur Ekstrinsik Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
a)      Latar Belakang Pengarang
-
b)      Nilai-Nilai Yang Terkandung
Nilai sosial:
    Cerita ini mengajarkan untuk bersikap hormat pada guru sekalipun guru itu memang kurang beres dalam arti bisa saja menyebalkan atau hal apapun, karena tetap saja beliau itu guru kita. Sebaiknya kita berbicara baik-baik padanya dan mengingatkan kepadanya kalau sikapnya kurang berkenan.
    Cerita ini mengajarkan untuk menghormati tindakan orang lain, berprasangka baik terhadap tindakan orang lain, karena sebetulnya mungkin itu memberikan pelajaran atau pendidikan terhadap diri kita.
Nilai moral:

    Cerita ini mengajarkan untuk dapat tenang dalam  menghadapi suatu masalah dan bersikaplah  dengan bijak bukan dengan penuh emosi yang dilakukan oleh tokoh Anton. Dalam cerita ini juga kita dianjurkan sebaiknya bermusyawarahlah dalam penyelesaian masalah. 

Analisis Unsur-unsur INtrinsik dan Ekstrinsik Novel Ibrahim Rindu Allah

 Novel “Ibrahim Rindu Allah” (Wiwid Prasetyo)
Sinopsis Novel “Ibrahim Rindu Allah” (Wiwid Prasetyo)

“Ibrahim Rindu Allah”
(Wiwid Prasetyo)
                Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 67).
                Inilah sebuah novel yang sangat inspiratif dalam membangun kehidupan penuh ketaatan kepada Allah Swt. Di dalamnya diangKat kisah heroik dan begitu menyentuh tentang perjalanan seorang hamba pilihan Allah yang membebaskan manusia dari gulita kesyirikan menuju benderang cahaya peradaban tauhid. Dialah, Nabi  Ibrahim As.
                Kisahnya yang sangat legendaris atas liku-liku pencariannya dalam menemukan keyakinan akan adanya Sang Pencipta alam semesta yang perlu disembah seluruh makhluk di jagat raya ini, benar-benar membuat beliau layak digelari Bapak Tauhid.
                Keyakinan Nabi  Ibrahim bukan tanpa ujian. Dakwahnya pun bukan tanpa tantangan. Ia harus berhadapan dengan Raja Namrudz dan pengikut-pengikutnya yang zhalim, termasuk berhadapan dengan keyakinan ayahnya yang masih taat menganut kepercayaan lama yang dianggapnya sesat. Ujung-ujungnya tentu saja sebuah hukuman sangat mengerikan harus dialaminya, yakni: dibakar hidup-hidup.
                Sungguh, membaca novel ini dapat menjadikan kita teguh dalam menggenggam kebenaran; sebuah sikap yang sangat penting dalam kehidupan sekarang, di mana berhala-berhala Namrudz—meski dalam bentuk lain—dan para penyembahnya, mulai bermunculan di sekitar kita! Waspadalah…!

 Unsur-unsur Intrinsik Novel “Ibrahim Rindu Allah” (Wiwid Prasetyo)
a)      Tema
               Tema cerita dalam novel ini adalah perjuangan Nabi  Ibrahim dalam menemukan keberadaan Sang pencipta dan menemukan kebesaranNya.
b)      Penokohan
Tokoh dalam cerita ini adalah;
1)      Bangsa Sumeria; bangsa kafir yang memuja para dewa.
2)      Penduduk keturunan kan’an; penduduk kafir yang memuja para dewa.
3)      Nabi  Nuh; Nabi  yang mengajarkan ajaran Tauhid kepada Allah, baik hati, patuh terhadap perintah Allah, sabar dalam menghadapi segala ujian dari Allah, dan selamat dari bencana banjir besar yang diturunkan kepada kaumnya.
4)      Pendongeng istana; seorang yang kafir dan memuja dewa.
5)      Raja Namrudz; raja Babilonia yang menyembah dewa Marduk, seorang pemimpin yang picik, zhalim, diktator, otoriter, serakah, dan sombong.
6)      Penduduk Babilonia; penduduk kafir yang bangga bahwa peradaban yang mereka adalah dibangun dari hasil kerja keras mereka setelah berhasil menaklukan alam.
7)      Bangsa Mesopotamia; bangsa kafir pada zaman dahulu pada zaman Nabi  Ibrahim 
8)      Para punggawa, penasihat, menteri kerajaan, prajurit, dan para budak; orang-orang kafir yang patuh dan taat pada raja Namrudz.
9)      Ahli nujum dan tukang ramal; orang kafir yang taat pada raja Namrudz.
10)   Fir’aun; raja yang mengaku sebagai Tuhan pada zaman Nabi  Musa, yang zhalim.
11)   Nabi  Musa; Nabi  utusan Allah.
12)   Theodore Hezrl; tokoh yahudi yang terpandang.
13)   Tarukh; Ayah Nabi  Ibrahim, orang yang beriman pada ajaran Tauhid Nabi  Nuh dan percaya pada kerasulan Nabi  Ibrahim.
14)   Ummi Ibrahim; ibu yang baik bagi ibrahim dan orang yang beriman pada ajaran Nabi Ibrahim.
15)   Nabi  Ibrahim; (anak Tarukh ketiga), pemberani, penyabar, perjuangan dakwah tauhidnya yang penuh cobaan tetapi ia tetap tegar dan ikhlas menjalankan semua kewajiban yang Allah perintahkan, Nabi utusan Allah, dijuluki sebagai bapak para Nabi karena keturunannya banyak yang menjadi Nabi dan utusan Allah, seorang Nabi ulul azmi.
16)   Ummi Maryam; ibunya Nabi Isa.
17)   Nabi  Isa; Nabi utusan Allah.
18)   Ummi Imran; ibunya Nabi Musa.
19)   Nabi  Musa; Nabi utusan Allah.
20)   Nahor; saudara Nabi  Ibrahim (anak Tarukh pertama)
21)   Haran; saudara Nabi  Ibrahim (anak Tarukh kedua)
22)   Paman Nabi  Ibrahim; (bernama Azar) seorang kafir penyembah berhala dan pembuat patung-patung rendahan, seorang cendekiawan, seniman, astrolog, pebisnis, dan penasihat kerajaan.
23)   Putri Razia; anak dari raja Namrudz yang beriman pada ajaran Nabi Nuh dan Ibrahim.
24)   Nabi  Luth; (keponakan Nabi  Ibrahim, anak dari Haran), seorang Nabi utusan Allah.
25)   Bangsa Amorit; bangsa kafir pada zamannya.
26)   Bangsa Phoenicia; bangsa kafir pada zamannya.
27)   Bangsa Filistin;
28)   Bangsa Yabus;
29)   Bangsa Yerusalem (ursalem);
30)   Kana’an bin Ham bin Nuh; anaknya Nabi Nuh yang durhaka.
31)   Kaum Jabbarin;
32)   Sarah; istri Nabi  Ibrahim 1, lemah lembut, menawan hati penuh keikhlasan, selalu berusaha mengukur segala perilakunya dengan keridhaan Allah, Ibu dari Nabi Ishaq.
33)   Paman Nabi  Ibrahim; baik hati, beliaulah yang mengajarkan Nabi Ibrahim dan Nabi Luth menjadi pebisnis yang kaya dan ahli dalam peternakan.
34)   Ado; istri Nabi  Luth yang kafir, membangkang pada suaminya dan memilih untuk mengikuti kaum Sodom.
35)   Anak Nabi  Luth; tidak diceritakan apakah dia kafir atau beriman pada ajaran Ayahnya.
36)   Raja Menes; adil, tegas, tanpa pandang bulu, tetapi ia seorang kafir, raja kerajaan Mesir.
37)   Raja Sinan; bernama lengkap al-Amr bin Amru al-Qais bin Mailun, Raja yang zhalim karena suka mempermainkan seluruh perempuan yang menjadi kaumnya, raja yang mata keranjang pada semua perempuan cantik yang ia temui.
38)   Siti Hajar; istri Nabi  Ibrahim 2, sebelumnya pembantu rumah tangga Nabi  Ibrahim dan Siti Sarah, pembantu yang taat, wanita yang lemah lembut, cantik hatinya, wanita yang sabar, ibu dari Nabi Ismail.
39)   Dul Arsh; orang yang zhalim karena membunuh Ayahnya Siti Hajar, lalu membuang Siti Hajar dan menjadikannya sebagai budak dan selir di Istana kerajaan.
40)   Nabi  Ismail; anak Nabi  Ibrahim dan Siti Hajar, seorang Nabi utusan Allah.
41)   Nabi  Ishaq; anak Nabi  Ibrahim dan Siti Sarah, seorang Nabi utusan Allah.
42)   Rafqah; keponakan dan istri Nabi  Ishaq, cucu dari Nahur saudara kandung Nabi  Ibrahim.
43)   Istri Nabi  Ismail;
44)   Keturunan Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Musa, Yunus, Daud, Sulaiman, Zakariya, Yahya, dan Isa; para Nabi utusan Allah.
45)   Keturunan Ismail, Nabi  Muhammad saw.; para Nabi utusan Allah yang menjadi Nabi umat akhir zaman.
c)       Alur
               Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju karena menceritakan perjuangan Nabi Ibrahim dalam mencari kebesaran Tuhannya sejak ia lahir sampai meninggal dan banyak melahirkan keturunan dan menjadi para Nabi sebagai penerus agama Allah atau agama ajaran Tauhid (Islam).
d)      Sudut pandang
               Sudut pandang cerita dalam novel ini adalah sudut pandang orang ketiga.
e)      Gaya bahasa
               Gaya bahasa yang digunakan dalam cerita novel ini sungguh menyentuh hati para pembaca karena bahasa yang digunakan membuat pembaca seolah mengikuti jalan cerita yang nyata, mendalami perjuangan para Nabi, khususnya perjuangan Nabi Ibrahim dalam menemukan keyakinannya dan menyebarkan ajaranNya. Gaya bahasanya mudah dipahami dan dimengerti karena kisahnya Nabi Ibrahim ini diceritakan sungguh sangat heroik dan penuh perjuangan, serta ditulis rapi dengan kisah yang bagus.
f)       Latar
Latar tempat;
sungai Eufrat, sungai Tigris, negara kota Ur, kota Ereck, Babilonia, Niniveh, Kish, Fadam Aram, Baitul Atiq, kerajaan Babilonia, ziggurat (kuil pemujaan), kota Babel, kantor administrasi, rumah-rumah penduduk, kuil, asyiria, akkadia, kaldea, negara Israel, tanah Shinear, gua, timur tengah, hutan, rumah, pasar, alun-alun kerajaan, luar kota, sebuah desa, padang pasir, Ur-Kasdim, Kana’an (Palestina), kota Harran, kota Bersheba, Asydod, Al-Quds, negeri Syam, negeri Sodom dan Gomorrah, desa Shafrah, Mesir, sungai Nil, Piramid, Afrika Utara, gurun Sinai, kerajaan Mesir, obelisk (kuil penyembahan), pasar daerah Memphis, kedai minuman, kandang ternak, lembah Arab (Mekkah), laut tengah, rumah Hajar, Yaman, dan ka’bah.  
Latar waktu;
pada tahun 1970 SM, pada abad ke-21, pada malam hari, pagi hari, pada siang hari, pada tahun 1900 SM, abad 2500 SM, tahun 2000 SM, senja, masa paleolitikum, dan abad 31 SM.
Latar suasana;
Suasana yang tergambar adalah begitu menyedihkan karena pada zaman dahulu orang-orang jahiliyah itu menyembah berhala, perjuangan para Nabi dalam menyadarkan kaumnya adalah sangat berat, mereka (para Nabi) diuji kesabarannya oleh Allah begitu pedih, tetapi mereka tetap tegar, ikhlas, dan penuh keberanian dalam melawan musuh yaitu para orang kafir, lalu suasana gembira pun ada karena Nabi Ibrahim banyak melahirkan keturunan para Nabi, dan satu per satu kaumnya pun beriman pada ajaran yang dibawanya, walau tak sedikit juga yang terus menyimpang dan tak mau beriman sehingga Allah menurunkan azab yang begitu mengerikan dan sangat pedih.  
g)      Amanat
1)      Yakinlah pada ajaran Allah.
2)      Bersungguh-sungguhlah dalam ibadah.
3)      Bersabar, bertawakal, berserah dirilah hanya kepada Allah.
4)      Kita harus selalu tegar dan kuat dalam menghadapi cobaan.
5)      Taat pada perintah Allah.
6)      Berlaku adillah pada setiap manusia.
7)      Jadilah pemimpin yang baik, adil, dan bertanggungjawab pada rakyatnya.
8)      Jadilah suami yang mendidik istri dan anaknya dengan agama.

 Unsur-unsur Ekstrinsik Novel “Ibrahim Rindu Allah” (Wiwid Prasetyo)
a)      Identitas Novel
Judul: Ibrahim Rindu Allah.
Pengarang: Wiwid Prasetyo.
Editor: Akhmad Muhaimin Azzet.
Tata sampul: Gobaqsodor.
Tata isi: Bambang.
Pracetak: Antini, Dwi, Yanto.
Cetakan pertama: Juni, 2011.
Penerbit: DIVA Press.
Sampangan Gg. Perkutut No. 325-B,
Jl. Wonosari, Baturetno
Banguntapan Jogjakarta
Telp. 0274-4353776, 7418727
Fax. 0274-4353776
Sumber gambar cover: www.alpineinstitute.blogspot.com
Tebal: 435 halaman.
b)      Latar belakang pengarang
               Wiwid Prasetyo atau sering juga menulis dengan nama Prasmoedya Tohari, lahir pada 9 November 1981 di Semarang. Alumnus Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang, pada tahun 2005 sehari-harinya aktif di Majalah FURQONPESANTrendSi Dul (majalah anak-anak), serta tabloid Info Plus Semarang, baik selaku redaktur maupun reporter. Selain itu, ia juga peduli terhadap dunia pendidikan, terbukti masih menjadi pengajar di Bimbingan Belajar Smart Kids Semarang.
               Di sela-sela kesibukannya, ia masih menyempatkan diri untuk menulis beberapa karya dalam bentuk buku. Beberapa karyanya yang sudah terbit adalah Orang Miskin Dilarang Sekolah (DIVA Press, 200), Sup Tujuh Samudra (Bersama Badiatul Rozikin, DIVA Press, 2009), Chicken Soup Asma’ul Husna (Garailmu, 2009), dan Miskin Kok Mau Sekolah…?! (DIVA Press, 2009), Idolaku Ya Rasulullah Saw…! (DIVA Press, 2009), Demi Cintaku pada-Mu (DIVA Press, 2009), Aha, Aku Berhasil Kalahkan Harry Potter (DIVA Press, 2010), The Chronicle of Kartini (DIVA Press, 2010), dan Nak, Maafkan Ibu Tak Mampu Menyekolahkanmu (DIVA Press, 2010).

c)       Nilai yang terkandung
Nilai religius:
Mengajarkan kita untuk berpegang teguh pada keyakinan aqidah ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi utusan Allah, mempercayai ajaran tauhid yang dibawa Nabi-nabi utusan Allah, lebih mendekatkan diri pada Allah, lebih meyakinkan kita pada azab Allah itu akan datang pada suatu kaum yang tidak taat pada ajaranNya.
Nilai sosial:
Mengajarkan kita untuk selalu berprasangka baik terhadap Allah, sesama manusia dan pada makhluk lainnya, mengajarkan untuk tidak menjadi pendendam pada orang lain yang telah memusuhi kita, mengajarkan untuk selalu sabar dalam menghadapi orang-orang yang tak suka kepada kita.
Nilai moral/akhlak:

Mengajarkan untuk selalu sabar dalam beribadah kepada Allah, menjalankan segala perintahNya dengan ikhlas dan tawakkal, mengajarkan untuk jadi pribadi yang lebih baik dalam beribadah, dan menghargai orang lain, mengajarkan untuk menjadi seorang pemimpin yang adil, bijaksana, dan bertanggungjawab.