Drama “Kotak
Surat Terakhir” (Mochamad Asrori)
Sinopsis
Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori)
“Kotak Surat
Terakhir”
(Mochamad
Asrori)
Suatu
hari Re, Yo, dan Ed mendapat kiriman surat dari Ayahnya, Seno.
”Aku tak perlu mengingatkan lagi
sudah berapa pucuk surat yang telah kulayangkan. Ini adalah surat terakhir
yang kutulis. Surat ini bukan instruksi, surat ini adalah amanat.
Patuhilah. Sebagai surat terakhir, mungkin ini adalah kepatuhanmu yang
terakhir kali pula. Pulanglah dan cobalah bahagiakan Ibumu di hari
ulang tahunnya. Dari seorang yang selama ini kau panggil ayah”.
Mereka
bertiga membaca surat itu, tetapi Ed malah meremas surat itu dalam kepalan lalu berteriak dan
meninju sansak di sampingnya. Sementara Re mencampakkan
surat ke tanah, mengambil palet dan kuas, dengan
geram, gerakan tangannya cepat menggores
kanvas disampingnya. Lain lagi dengan Yo yang dengan
pelan
melipat surat dan menyelipkan di buku tebal yang ada di depannya.
Sementara
di Garasi rumah, Seno dan Gun, adiknya, sedang membahas mengenai kotak surat
yang dibuat oleh Seno. Seno pun dengan bangga memperlihatkan karyanya kepada
Gun. Tetapi Gun terlihat menilai biasa saja terhadap karya tersebut. Itu
hanyalah kotak surat biasa, pikir Gun. Tetapi Seno ngotot untuk menyuruh Gun
menilai lebih jauh lagi. Gun merasa ada yang aneh dengan kakaknya ini, karena
dia seolah kehilangan akal, bersikap tak seperti biasanya dengan terus
memperhatikan karya sebuah kotak surat itu.
Ternyata
Seno bangga terhadap karyanya adalah karena bahan yang digunakan adalah
terobosan baru yaitu bahan metalion
delirium polyester. Gun masih tetap merasa aneh
terhadap tingkah laku kakaknya tersebut. Lalu, Gun pun menyuruh Seno untuk
terbuka kepadanya, dia penasaran tentang apa yang ada dalam hatinya. Kemudian
Seno marah, dia tersinggung karena dianggap gila dan menyuruh Gun untuk pergi
meninggalkannya sendiri di dalam Garasi itu.
Keesokan
harinya, Ed dan Yo mengunjungi kosan adiknya, Re. Mereka terlihat akan pergi ke
suatu tempat. Sementara itu, di halaman rumahnya, Seno sedang asyik memasang
kotak surat buatannya itu. Kemudian istrinya menghampiri Seno. Mereka
berbincang ria menikmati pagi yang cerah. Seno juga kembali menjelaskan tentang
kotak surat itu bahwa kotak surat itu terbuat dari bahan sintetis penemuan terbaruku.
Bahan tersebut akan membuat kotak suratnya tak lekang dimakan usia. Tidak
akan berkarat dan rusak. Konstruksinya sangat kokoh. Hujan badai tak akan
menggoyahkanya. Tendangan bola nyasar anak-anak tidak akan membuatnya bergetar, apalagi
pesok seperti nasib kotak surat kita sebelumnya. Kotak
surat ini juga anti air, setetes pun air tak akan mampu meresap ke dalam.
Surat-surat dalam kotak tidak akan rusak, akan selalu aman terjaga. Suhu
di dalamnya juga akan tetap terjaga. Sesuai dengan kebutuhan kertas
surat. Panas tidak akan berpengaruh sama sekali. Warnanya akan selalu
baru, tak akan mengelupas atau luntur dalam lima dekade. Garansi. Satu hal
lagi, aromanya. Aroma kotak surat ini sangat berbeda dengan kotak surat
dari kayu atau logam. Lebih harum. Begitulah penjelasan
Seno kepada istrinya.
Istrinya
pun sudah mengira kalau suaminya itu merindukan anak-anaknya sehingga dia
memperbaiki kotak surat yang sebelumnya rusak. Tapi, Seno tak mengaku kalau
dirinya memang merindukan anak-anaknya. Tak lama istrinya mengajak Seno untuk
sarapan. Mereka pun masuk ke dalam rumah untuk sarapan.
Ternyata
perjalanan ketiga anak Seno itu mengalami hambatan. Mereka kecelakaan dan
mobilnya masuk ke hutan. Mereka tak tahu harus minta pertolongan kemana, karena
disana tak terlihat ada orang yang bisa menolong mereka. Mereka pun terpaksa untuk
menunggu sampai fajar tiba. Yo memulai pembicaraan kepada Re,menanyakan seputar
kuliahnya. Re pun menjawab bahwa semuanya baik. Tetapi, mereka masih
mengkhawatirkan mobil Ayahnya yang tergores, dan banyak kerusakan karena
kecelakaan itu.
Mereka
memikirkan untuk membeli kado ulang tahun ibunya. Ed pun menyarankan untuk
membeli bunga saja nanti di perjalanan. Tetapi, Re membantah karena bunga
seperti kado untuk orang sakit. Ed pun mengumpulkan kayu-kayu untuk membuat
perapian di hutan. Sementara Yo mengobati lukanya yang dibantu oleh Re.
Besoknya, mereka melanjutkan perjalanan.
lalu,
di ruang makan.
saat istrinya sibuk membenahi meja makan dan menata hidangan Seno muncul
membawa kue tar lengkap dengan lilin berbentuk angka 40. sambil berjalan
mendekati istri, seno menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Setelah
selesai, istrinya meniup lilin tersebut dan memberi ciuman pada seno. Istrinya mengucapkan terima kasih pada Seno.
Seno
pun merasa kalau yang seharusnya membawakan kue adalah anak-anaknya, tetapi
mereka belum juga datang. Terlihat Seno sangat sedih, tetapi dengan semangatnya
ia pun langsung sadar dan mengatakan walaupun dia sudah tua dan rambutnya
memutih, dia akan baik-baik saja dan sehat seperti sekarang ini. Rencana Seno
menyuruh anak-anaknya pulang adalah untuk mendampingi, menghibur, dan
meramaikan rumah jika nanti waktunya hidup sudah habis, begitu pikirnya.
Ed, Yo, dan Re sudah
menginjak halaman rumah ayah mereka. Akhirnya mereka
sampai dan buru-bur menemui Ibu mereka. Mereka masuk ke dalam, takut Ayahnya
marah karena mobilnya banyak tergores. Lalu, mereka melihat sebuah kotak surat
yang di buat Ayahnya tempo hari. Tapi, ada sedikit keanehan pada kotak surat
itu setelah mereka teliti. Ternyata kotak surat itu tak mempunyai lubang
suratnya.
Mereka berpandang-pandangan
heran. Tapi tak lama mereka kemudian berpaling ke arah pintu rumah.
Bersama-sama mereka berteriak.
Ayah....
Ibu.... Kami pulang….
Analisis
Unsur-unsur Intrinsik Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori))
a)
Tema
Tema
pada cerita ini adalah “kerinduan seorang Ayah pada anak-anaknya” atau “kotak
surat terakhir yang dibuat Ayah untuk anak-anaknya”.
b)
Plot atau
Alur
Plot atau Alur cerita drama ini adalah alur
maju.
c)
Tokoh atau
Penokohan
1)
Seno, 45 tahun, penampilan jauh lebih tua dari usianya, baik hati, tetapi merasa
kesal terhadap anak-anaknya yang sudah lama tak pulang menjenguknya.
2)
Gun, 42 tahun, adik Seno, perhatian pada kakaknya.
3)
Istri, 40 tahun, istri Seno, baik hati, sayang terhadap keluarga.
4)
Ed, 20 tahun, anak pertama Seno-Istri, taruna polisi
5)
Yo, 19 tahun, anak kedua Seno-Istri, mahasiswa tingkat awal fakultas
kedokteran
6)
Re, 18 tahun, anak ketiga Seno-Istri, mahasiswa tingkat awal fakultas
seni
d)
Latar
Latar tempat; di Kosan,
di rumah, di halaman dan kebun rumah, di ruang makan, di perjalanan, dan di
hutan.
Latar waktu; suatu hari, pagi, siang, dan malam
hari.
Latar suasana; kerinduan
yang mendalam dari Ayah untuk anak-anaknya, kesal karena saudara bertiga itu
kurang akur dan rencana Ayahnya untuk menyuruh mereka pulang dalam satu mobil,
bahagia karena Istrinya ulang tahun dibawakan kue oleh suaminya, Seno. Suasana
sedih, karena ketiga saudara itu mengalami kecelakaan saat perjalanan pulang
menuju rumah ayahnya, kebersamaan mereka terjalin kembali dengan harmonis atas
kejadian itu. Suasana heran saat melihat kotak surat yang tak memiliki lubang
surat, ternyata itu adalah kotak surat terakhir yang di buat Ayah untuk
anak-anaknya.
e)
Amanat
Amanat yang terkandung dalam cerita drama ini
adalah;
1)
Sayangilah dan hormatilah kedua orang
tua selagi masih ada, jangan sampai kita menyesal;
2)
Buatlah orang tua merasa bahagia
dengan kedatangan kita yang selalu ada untuk mereka dan menjenguk mereka;
3)
Orang tua membutuhkan anak-anaknya
saat usia tua nanti, jadilah anak-anak yang berarti dan selalu berbakti kepada
mereka; dan
4)
Hiduplah rukun dan harmonis bersama
keluarga dan saudara-saudara.
Analisis
Unsur-unsur Intrinsik Drama “Kotak Surat Terakhir” (Mochamad Asrori))
a)
Latar
Belakang Kehidupan Pengarang
Mochammad Asrori dilahirkan di kota Surabaya, 24
Juni 1980. Alumni Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri
Surabaya. Menulis esai, cerpen, dan puisi di tengah rutinitas sebagai wartawan
Glocal Magazine. Saat ini bergiat di komunitas penulis Warung Fiksi. Alamat:
Dsn. Sidonganti
RT.02/RW.01, Ds. Ngingasrembyong, Sooko, Mojokerto, 61361. Email: rori_story@yahoo.com.
b)
Nilai-nilai
yang Terkandung
Nilai moral:
Cerita ini mengajarkan untuk selalu
menghormati dan menyayangi kedua orang tua. Jangan sampai karena kita sibuk
dengan masa dewasa kita sehingga kita lupa pada orang yang telah merawat kita
hingga dewasa. Mengajarkan untuk selalu mendampingi orang tua saat tua nanti
karena yang dibutuhkan hanya kasih sayang anak-anaknya.
Nilai
sosial:
Hidup
rukun dan harmonislah bersama keluarga dan saudara-saudara.
No comments:
Post a Comment