posting

Tuesday, May 28, 2019

Perkembangan Bahasa Remaja Secara Umum


Perkembangan Bahasa Remaja Secara Umum

Pada saat penulis kemarin melakukan penelitian di SMP Pasundan 2 Bandung secara tidak langsung melihat dan memperhatikan juga bahasa yang digunakan oleh anak-anak. Siswa SMP yang tergolong remaja ini rentang usianya tidak akan jauh dari 11-14 tahunan. Pada masa ini mereka masih berfokus untuk mengenal, mencoba, memahami, dan mengerti segala sesuatu yang mereka temukan atau dapatkan dari orang tua, tutor, guru, teman, dan orang baru yang mereka kenal.
Hal yang juga perlu diperhatikan atau menjadi perhatian penulis waktu itu adalah bahasa yang mereka pergunakan di kelas, lapangan, berbicara pada teman, guru, dan warga sekolah lainnya. Ada beberapa perbedaan bahasa yang mereka gunakan yakni dalam hal intonasi, kata yang digunakan, ragam bahasa, juga mimic muka saat berbicara.
Sebetulnya jika mereka (remaja) diajarkan bahasa yang baik sesuai tempatnya, mungkin guru tidak akan terlalu susah atau menggelengkan kepala saat mendengar kata yang aneh dari anak, tetapi itu hal wajar dan kenyataannya. Setiap anak berasal dari keluarga dan orang tua yang berbeda, maka guru pun harus mampu memahami dan menasihati anak terkait bahasa yang digunakannya jika tidak sesuai dengan karakter, nilai, dan norma yang diharapkan.
Bahasa yang digunakan anak-anak SMP ini saya ambil sampel di kelas VIII-G. Mereka sudah cukup baik dalam hal berbicara dengan guru misalnya saat bertanya, berargumen, atau minta tolong. Begitupun pada teman sekelasnya. Hanya saja mungkin karena keakraban dan kedekatan sesama teman sudah terjalin erat dan lama, mereka jadi lebih berani, tidak canggung, tidak kaku. Selain itu, bersama teman bisa saling ejek, saling mengata-ngatai, menertawakan, dll. Itu merupakan hal yang wajar terjadi pada anak usia SMP. Sekali lagi, seperti yang sudah dijelaskan pada uraian-uraian sebelumnya, yaitu masih banyak terjadi alih kode dan campur kode.
Alih kode dan campur kode yang terjadi ini dikarenakan perbedaan-perbedaan B1 dan B2 yang diterima anak dari orang tuanya. Maka dari itu, saat belajar di kelas pun kadang-kadang terbawa dengan mengatakan “Ah, Bu teu ngerti” atau “Apa ai kamu?” atau “Ibu, jadi yang dikerjain teh yang mana?”. Masih ada unsur-unsur “teh”, “mah”, dan lain-lain yang merupakan kosakata bahasa Sunda.

No comments:

Post a Comment