Drama “Tak
Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
Sinopsis
Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
“Tak Ada
Bintang Di Dadanya”
(Hamdy
Salad)
Suatu
pagi sehabis subuh Pak Hasan sedang duduk di ruang kerjanya. Ia sedang
memeriksa PR murid-muridnya dengan diterangi lampu belajar. Ia juga ditemani
radio yang mengumandangkan lagu-lagu qasidahan. Kemudian istrinya datang
membawakannya kopi dan meletakkan kopi itu di atas meja.
Istrinya
menyuruh Pak Hasan untuk istirahat dulu sejenak, karena ia terus saja mengurus
pekerjaannya setelah pulang dari luar kota kemarin. Lalu, Pak Hasan menjawab
dan menjelaskan bahwa melaksanakan tugas dan kewajiban itu juga seperti
jalan-jalan yang menyehatkan badan, hati, juga pikiran. Pak Hasan lanjut
menjelaskan, bahwa pekerjaannya itu adalah masalah penting yang membahas agama.
Jadi, mesti diperiksa dengan benar. Ia tak mau kalau murid-muridnya itu menjadi
generasi yang rusak karena gurunya yang mengoreksi soal-soal yang penting dan
fundamen saja seperti main-main.
Istrinya
mengobrol sambil melanjutkan meyapu lantai. Istrinya pun berbicara kalau
baiknya Pak Hasan bekerja seadanya saja tanpa membedakan apakah itu matematika,
ekonomi, atau agama, karena sama-sama pelajaran di sekolah.
Pak
Hasan pun menjelaskan kembali kalau itu beda urusannya. Kalau matematika yang
salah, itu bisa diperbaiki. Tetapi kalau soal agama, bisa bahaya jika ada
kesalahan, karena masuk ke dalam hati. Salah sedikit saja akan mempengaruhi
tingkah laku anak. Pelajaran agama itu juga masalah hati, masalah moral bangsa,
masalah kehidupan dunia dan akhirat. Jadi, bukan sekadar angka, tidak bisa
disamakan dengan matematika atau pelajaran lainnya.
Setelah
menyimak penjelasan dari Pak Hasan, istrinya pun mengerti bahwa jika ada
kesalahan dalam memahami dasar-dasar agama, bisa jadi salah seumur hidup.
Karena pandangan itulah Pak Hasan selalu berusaha untuk serius. Walau dia tahu,
serius atau tidak serius, gaji guru akan tetap saja. Pak Hasan benar-benar
menyadari kewajibannya dengan selalu bersikap ikhlas, teliti, dan bukan
seenaknya sendiri.
Kemudian,
istrinya mengingatkan lagi kalau kesehatan Pak Hasan juga perlu diperhatikan
agar tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai guru. Kalau Pak Hasan sakit,
istrinya akan kerepotan dan anaknya yang masih kuliah di luar kota akan merasa
khawatir dengan keadaan Ayahnya.
Perbincangan
mereka pun terputus karena tercium bau gosong di dapur akibat masakan istrinya yang
lama ditinggal ngobrol. Istri Pak Hasan pun pergi ke dapur untuk melihat
masakannya dan Pak Hasan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Pak
Hasan masih terlihat memeriksa PR sampai ia menguap berkali-kali dan tiba-tiba
tertidur. Dalam tidurnya Pak Hasan bermimpi didatangi tiga orang anak didiknya
dulu yang berpenampilan seperti preman yang hendak merampok. Dalam mimpinya,
anak pertama berbicara seolah
menyalahkan sosok Pak Hasan sebagai seorang guru yang dulunya mengajarkan
mereka untuk bersikap baik hati, selalu ikhlas, dan bersyukur. Tetapi, pada
kenyataannya mereka masih hidup dalam kemiskinan bahkan menderita. Lalu, anak
kedua juga berbicara dan menyalahkan Pak Hasan karena mengajarkan untuk hidup
sederhana, tidak boleh mencuri, dan tidak boleh mengambil hak orang lain, serta
tidak boleh pacaran. Kemudian, anak ketiga pun menyalahkan Pak Hasan dan
mengusulkan untuk menghabisi Pak Hasan dan membuangnya saja karena telah
membuat mereka menderita. Dalam mimpinya juga, Pak Hasan dimaki-maki dan dihina
serta disalahkan karena menjadi seorang guru yang hanya bisa ngomong saja yang
baik-baik tetapi dengan berbuat baik mereka tetap saja hidup dalam kemiskinan
dan menderita kesusahan.
Setelah
itu, tiba-tiba Pak Hasan dikagetkan dengan kedatangan istrinya yang
membangunkannya. Istrinya juga memberi tahu kalau ada tamu diluar yang
menunggunya. Pak Hasan masih kaget dengan mimpinya. Lalu, ia menceritakan
kepada istrinya bahwa ia baru saja mimpi buruk karena di mimpinya ia didatangi
oleh murid-muridnya yang malah menjadi preman dan menyalahkan pengajaran agama
yang disampaikannya kepada mereka. Istrinya mencoba menenangkan Pak Hasan
dengan menjelaskan kalau mimpi itu hanya bunga tidur, bisa saja dalam
kenyataannya kita akan mengalami yang sebaliknya dari mimpi itu.
Tamu
mereka pun sudah lama menunggu di luar. Istrinya Pak Hasan lalu membukakan
pintu. Para tamu pun masuk. Ternyata yang datang adalah murid-muridnya Pak
Hasan. Mereka tahu kalau hari itu Pak Hasan tidak ada kelas untuk mengajar,
maka mereka pun datang ke rumahnya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada
pihak sekolah. Pak Hasan pun heran dengan kedatangan muridnya. Ia takut kalau
mimpinya menjadi kenyataan. Perbincangan mereka pun terhenti saat Istri Pak
Hasan masuk dan membawakan minuman untuk para tamunya. Setelah meletakkan
gelas-gelas itu, istri pak Hasan pun kembali ke dapur untuk membereskan
pekerjaannya.
Pak
hasan pun semakin takut dengan mimpi buruknya yang menjadi kenyataan karena
muridnya yang datang tidak langsung memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan
mereka ke rumah Pak Hasan. Lalu, salah satu anak muridnya memberikan amplop
pada Pak Hasan. Pak Hasan pun semakin bingung.
Tiba-tiba anak muridnya yang lain masuk,
ternyata mereka sudah menunggu di luar rumah beberapa orang. Mereka membawakan
kue ulang tahun, meniupkan terompet dan memberikan hadiah kepada Pak Hasan. Pak
hasan terkejut dan merasa senang ternyata mimpinya tidak menjadi nyata.
Pak
hasan mengucapkan terima kasih kepada anak muridnya yang telah mengingat
kelahirannya. Tetapi ia menjelaskan bahwa yang lebih baik itu bukan mengingat
kelahiran tetapi hari kematian. Pak Hasan juga mengingatkan kepada mereka untuk
terus beribadah karena ajal atau hari kematian itu tidak akan ada yang tahu,
maka kita sebagai manusia harus bisa menjalankan ibadah kepada sang pencipta
dimana pun dan kapan pun. Supaya kita tidak menyesal nantinya.
Lalu,
Pak Hasan pun membuka hadiah dari muridnya. Ternyata isinya adalah foto Pak
Hasan yang memiliki simbol bintang di dadanya. Tetapi, Pak Hasan menyuruh
muridnya untuk melepaskan simbol bintang itu dengan alasan bintang itu untuk
pangkat jendral. Sedangkan, ia bukan jendral, bukan juga pahlawan perang. Maka
dari itu, lambang bintang itu bukan untuk dirinya yang hanya sebagai Guru.
Salah satu muridnya pun melepaskannya dan memberikan hadiahnya kepada Pak
Hasan.
Alasan
Pak Hasan menyuruh menanggalkan lambang bintang dari fotonya adalah tak lain ia
merasa hanya sebagai guru agama yang tak pantas mendapatkan bintang di dalam
gambar fotonya, karena tugasnya hanyalah mengajarkan ilmu agama kepada
anak-anak muridnya. Semua itu dilakukan karena ibadah dan mengharapkan pahala
dari Tuhan. Mengajar itu menurut Pak Hasan bukan untuk mendapatkan bintang.
Tetapi, itu semua tugas dan kewajibannya sebagai guru agama.
Anak-anak
muridnya pun mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak hasan karena telah
banyak mengajarkan hal-hal baik kepada mereka soal moral, etika, dan terutama
agama yang akan dibawa dalam kehidupan mereka dunia dan akhirat kelak.
Analisis
Unsur-unsur Intrinsik Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
a)
Tema
Tema yang diangkat dalam cerita drama ini
adalah “Seorang Guru yang Begitu Perhatian dan Peduli kepada Murid-muridnya Terutama dalam Moral
dan Etika”.
b)
Plot atau
Alur
Plot atau alur cerita drama ini adalah alur
maju.
c)
Tokoh dan
Penokohan
1)
Pak Hasan, seorang
guru agama yang baik hati, selalu mengajarkan kebaikan pada murid-muridnya,
tidak pernah capek dalam bekerja, tidak pernah putus asa, pantang menyerah, dan
selalu serius juga teliti dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
2)
Istri Pak Hasan, baik hati,
penyayang, perhatian kepada suaminya, tetapi sedikit kurang mengerti soal tugas
dan kewajiban dalam pekerjaan yang menganggap tugas guru itu hanya main-main
dan menyepelekan pekerjaan suaminya.
3)
Tiga anak dalam mimpi, berperan
antagonis yaitu anak-anak nakal yang tidak punya sopan santun, tidak beretika,
tidak tahu diri, dan mereka orang-orang yang menyalahkan jasa guru mereka
sendiri.
4)
Bu Amir, tetangga
Pak Hasan, ia seorang dosen dan juga berteman baik dengan Istri Pak Hasan.
5)
Midun, tokoh
yang diceritakan Istri Pak Hasan yang mempunyai perangai tidak baik dan seorang
narapidana.
6)
Anak-anak Pak Hasan yang
sedang kuliah di luar kota,
7)
Murid-murid pak Hasan.
d)
Latar
Latar tempat; di rumah
Pak Hasan, di dalam mimpi, di luar kota, dan di dapur.
Latar waktu; pagi hari sehabis subuh, kemarin,
pagi menjelang siang.
Latar suasana; penuh
semangat dalam bekerja yang dialami dan dijalani pak hasan, tiba-tiba menjadi
kaget dan ketakutan karena pak hasan alami mimpi buruk dan mengerikan karena
muridnya yang ingin mencoba mencelakainya, tapi berubah menjadi bahagia dan
bangga ternyata mimpinya tak menjadi kenyataan, ternyata pada hari itu pak
hasan ulang tahun dan mendapat hadiah serta doa dari murid-muridnya.
e)
Amanat
1)
Jadilah guru yang baik, yang bisa
dijadikan panutan oleh murid-muridnya, yang mengajarkan banyak hal baik pada
orang lain, dan bekerja sesuai tugas dan kewajibannya tanpa mengharap imbalan
apapun karena dilakukannya dengan ikhlas.
2)
Jangan membicarakan kejelekan orang
lain
3)
Jadilah murid yang baik dan hormat
kepada guru
4)
Ingatlah semua pengorbanan dan jasa
guru kepada kita, karena tanpa mereka kita tidak akan pernah mencapai semuanya
sampai akhir dan meraih tujuan yang kita inginkan.
Analisis
Unsur-unsur Ekstrinsik Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
a)
Latar
Belakang Kehidupan Pengarang
-
b)
Nilai-nilai
yang terkandung
Nilai moral;
Haruslah ingat kepada jasa-jasa guru yang
telah mengantarkan kita mencapai berbagai impian dan cita-cita
Nilai sosial;
Bersikap sopan dan hormatlah kepada guru-guru
kita walau kita sudah menjadi alumni, tapi jasanya akan tetap ada dan terkenang
dalam hati sanubari.
Nilai religius;
Dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban
kita harus ikhlas, jangan mengharapkan imbalan apapun yang akan kita terima.
Cukup dengan mengharapkan pahala dari Tuhan YME dan semua yang kita lakukan
diniatkan untuk ibadah semata kepada Allah.
Nilai pendidikan;
Sampaikanlah berbagai kebaikan pada sesama
tanpa mengharapkan imbalan dan upah apapun. Melalui cerita ini kita dididik
untuk dapat menghormati guru, teman, dan sesama kita dengan baik. Bukan dengan
menyalahkan semua yang telah diberikan orang lain pada kita, karena itu semua
tak berguna, itu hanya menandakan lemahnya iman saat menjalani kehidupan yang
fana ini.