posting

Thursday, January 14, 2016

Analisis Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Novel Pertemuan Dua Hati

Novel “Pertemuan Dua Hati” (Nh. Dini)
Sinopsis Novel “Pertemuan Dua Hati” (Nh. Dini)
Berikut adalah sinopsis novel “Pertemuan Dua Hati”.

Pertemuan Dua Hati
(karya : NH. Dini)
                Bu suci adalah seorang guru SD.  Hampir 10 tahun mengajar di Purwodadi. Dia tinggal bersama Suami, 3 orang anaknya, dan uwaknya. Suaminya bekerja sebagai montir di sebuah perusahaan di  kotanya. Beberapa bulan lalu Suaminya pindah ke Semarang, tepatnya di daerah Mrican.
                Saat masuk ke Sekolah baru di Semarang, ia menemani anak-anaknya ke Sekolah. Dia juga memperkenalkan diri kepada Kepala Sekolah. Sebagai Orang Tua  murid juga sebagai guru yang menunggu pengangKatan. Kepala Sekolah pun memberi penawaran untuk mengajar di Sekolah tersebut. 
                Anak keduanya sakit panas, batuk, dan selesma. Bu Suci membawanya ke Dokter Umum. Setelah beberapa hari, kulitnya ditumbuhi bintik-bintik merah dan terasa gatal. Setelah beberapa hari batuk, selesma, dan bintik-bintik itu hilang kini anaknya merasa sakit kepala. Bu Suci membawanya ke Dokter Perusahaan. Dokter memberinya obat dan menyarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit. Setelah lima hari, anak tersebut sehat dan bisa masuk Sekolah lagi.
                Hari pertama Bu Suci memperkenalkan diri kepada murid-muridnya dan mengabsen kehadiran muridnya. Hari itu ada 3 anak yang tidak hadir, salah satunya adalah Waskito. Setelah empat hari mengajar, Waskito belum juga masuk. Bu Suci menanyakan kepada murid-muridnya tentang ketidakhadiran Waskito. Dari murid-muridnya, dia mengetahui bahwa teman-temannya tidak menyukai Waskito. Menurut guru-guru yang pernah mengajar kelas tersebut, mereka menganggap Waskito sebagai murid yang sukar. Kemarahan didorong oleh hati yang kurang perhatian dari keluarganya.
                Bu Suci mengirim surat kepada Nenek Waskito. Sore hari yang telah ditentukan, Bu Suci mengunjungi Rumah Nenek Waskito. Dari Neneknya, dia memperoleh banyak informasi tentang Waskito. Bahwa Waskito pernah dipukul oleh Ayahnya karena dia membolos. Selama berada di Rumah Orang Tuanya dia tidak pernah di tegur, diberi tahu mana yang baik dan buruk. Tetapi selama tinggal 1,5 tahun di Rumah Neneknya, Waskito bersikap manis, sopan, sering mengerjakan tugas rumah, masuk Sekolah secara teratur. Hasilnya Waskito menjadi murid yang pandai. Rapornya menunjukan kemajuan. Namun, Orang Tuanya mengambilnya kembali.
                Sementara itu, Suami Bu Suci menyampaikan kertas-kertas hasil pemeriksaan kesehatan anaknya. Menurut Dokter Perusahaan anak keduanya harus dibawa ke Dokter Syaraf/Neurolog. Berhari-hari Bu Suci dan anaknya mondar-mandir Rumah Sakit untuk menjalani serangkaian pemeriksaan anaknya. Hasilnya, ternyata anaknya menderita penyakit Ayan/Sawan/Epilepsi. Setelah anaknya sembuh, Bu Suci mengunjungi Nenek Waskito untuk kedua kalinya. Neneknya menceritakan bahwa kini Waskito tinggal bersama budenya.
                Pada suatu hari Waskito masuk Sekolah. Di hari itu Bu Suci meminta beberapa orang siswanya untuk berpindah tempat duduk. Ia juga meminta Waskito untuk pindah namun Waskito tidak mau. Suatu hari Sekolah melaksanakan pelajaran turun ke Lapangan. Guru-guru dan murid-murid mengunjungi Pabrik Makanan. Terlihat, Waskito aktif bertanya tentang mesin pembuat makanan. Bu Suci membentuk kelompok-kelompok di Kelasnya. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat bejana berhubungan. Ternyata hasil karya kelompok Waskito yang paling sempurna.
                Bu Suci memberikan tugas kelompok membuat Kebun Binatang. Karya kelompok Waskito yang paling bagus. Selama tiga bulan keadaan tenang, Waskito tidak membuat onar. Pada waktu istirahat, Waskito mengamuk. Guru-guru mengusulkan agar Waskito dikeluarkan dari Sekolah. Bu Suci mempertahankan muridnya tersebut. Dia meminta waktu satu bulan kepada Kepala Sekolah. Kepala Sekolah pun mengabulkan permintaannya.
                Sejak kejadian itu, pada waktu istirahat Bu Suci lebih sering berada di Kelas. Bu Suci pun mengobrol Waskito. Bu Suci merasa lebih deKat dengan muridnya tersebut. Rapor Waskito berikutnya berisi angka-angka yang baik. Waskito tidak pernah mengacau seperti yang dilakukan tempo hari. Bu Suci pun menepati janjinya untuk mengajak Waskito memancing. Waskito ikut memancing sepuas hatinya di Purwodadi bersama keluarga Bu Suci. Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Budenya datang ke Sekolah berterimakasih kepada Kepala Sekolah, guru-guru terutama kepada Bu Suci. Atas keuletannya, Waskito menjadi murid yang lebih dari biasa (pandai).

Unsur-Unsur Intrinsik Novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini)
                        Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) adalah sebagai berikut.
a)      Tema:
                Tema yang terdapat dalam Novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) adalah mengenai kehidupan sosial. Temanya yaitu “Seorang Guru yang Giat dan Tekun dalam Mengajar Anak Didiknya.”
b)      Tokoh:
                Dalam Novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) terdapat beberapa tokoh atau pemain yang terlibat dalam alur ceritanya. Tokoh-tokohnya adalah sebagai berikut.
1)      Bu Suci;
2)      Suami Bu Suci;
3)      3 orang anak Bu Suci;
4)      Uwaknya Bu Suci;
5)      Kepala Sekolah;
6)      Dokter;
7)      Murid-murid SD Semarang;
8)      Waskito;
9)      Guru-guru SD Semarang;
10)   Nenek Waskito;
11)   Bude Waskito; dan
12)   Orang tua Waskito.
                Itulah nama beberapa tokoh yang terlibat dalam novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini).
c)       Penokohan / perwatakan:
                Para tokoh dalam novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) ini memiliki beberapa karakter atau watak. Berikut akan dijelaskan mengenai karakter para tokoh tersebut.
1)      Bu Suci: (protagonis) baik, penyayang, tanggung jawab, tekun, penurut kepada suami, penyabar, peduli terhadap keluarga, peduli terhadap anak didiknya, dan profesional dalam pekerjaannya.
2)      Suami Bu Suci: (protagonis) tanggung jawab, rajin, pengertian terhadap keluarga, dan penuh perhatian kepada isteri dan anak-anaknya.
3)      3 orang anak Bu Suci:
Anak ke-1 perempuan: lemah lembut dan pengertian.
Anak ke-2 laki-laki: diceritakan mengidap penyakit ayan, penyabar dan tabah.
Anak ke-3 perempuan: diceritakan masih balita.
4)      Uwaknya Bu Suci: sabar dan penuh kasih sayang.
5)      Kepala Sekolah: (protagonis) baik, ramah, bijaksana, tegas, berwibawa, toleran, dan pengertian.
6)      Dokter: baik, ramah, dan profesional dalam bekerja.
7)      Murid-murid SD Semarang: baik dan patuh terhadap guru.
8)      Waskito: (antagonis, menjadi protagonis di akhir cerita). Nakal, sering membolos, suka mengacau di kelas, suka memukuli teman-temannya, sering mengamuk/memberontak, keras, pendiam, dan sulit bergaul, serta kurang perhatian dan bimbingan dari orang tuanya.
9)      Guru-guru SD Semarang: baik, tetapi kebanyakan kurang peduli dan kurang peka terhadap anak didiknya.
10)   Nenek Waskito: penyabar dan ramah.
11)   Bude Waskito: (protagonis) baik, ramah, dan perhatian pada anak.
12)   Orang tua Waskito: (antagonis) kurang peduli terhadap anaknya, suka memukuli anaknya, kurang perhatian, dan tidak mendidik anak dengan baik.
d)      Alur/Plot (jalan cerita):
1)      Pengenalan
                Bu suci adalah seorang guru SD.  Hampir 10 tahun mengajar di Purwodadi. Dia tinggal bersama Suami, 3 orang anaknya, dan uwaknya. Suaminya bekerja sebagai montir di sebuah perusahaan di  kotanya. Beberapa bulan lalu Suaminya pindah ke Semarang, tepatnya di daerah Mrican.
2)      Munculnya Konflik
                Anak keduanya sakit panas, batuk, dan selesma. Bu Suci membawanya ke Dokter Umum. Setelah beberapa hari, kulitnya ditumbuhi bintik-bintik merah dan terasa gatal. Setelah beberapa hari batuk, selesma, dan bintik-bintik itu hilang kini anaknya merasa sakit kepala. Bu Suci membawanya ke Dokter Perusahaan. Dokter memberinya obat dan menyarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit. Setelah lima hari, anak tersebut sehat dan bisa masuk Sekolah lagi.
                Setelah ada masalah di rumahnya karena anaknya yang sakit itu, ditambah lagi masalah disekolah tempat ia mengajar. Hari pertama Bu Suci memperkenalkan diri kepada murid-muridnya dan mengabsen kehadiran muridnya. Hari itu ada 3 anak yang tidak hadir, salah satunya adalah Waskito. Setelah empat hari mengajar, Waskito belum juga masuk. Bu Suci menanyakan kepada murid-muridnya tentang ketidakhadiran Waskito. Dari murid-muridnya, dia mengetahui bahwa teman-temannya tidak menyukai Waskito. Menurut guru-guru yang pernah mengajar kelas tersebut, mereka menganggap Waskito sebagai murid yang sukar. Kemarahan didorong oleh hati yang kurang perhatian dari keluarganya.
                Bu suci mendapat tugas yang berat tentunya dengan dihadapkan oleh masalah menangani anak didiknya yang sedikit sukar itu.
3)      Komplikasi (Konflik Memuncak)
                Menurut Dokter Perusahaan anak keduanya harus dibawa ke Dokter Syaraf/Neurolog. Berhari-hari Bu Suci dan anaknya mondar-mandir Rumah Sakit untuk menjalani serangkaian pemeriksaan anaknya. Hasilnya, ternyata anaknya menderita penyakit Ayan/Sawan/Epilepsi.
4)      Klimaks
                Pada waktu istirahat, Waskito mengamuk. Guru-guru mengusulkan agar Waskito dikeluarkan dari Sekolah. Kepala Sekolah pun mengabulkan permintaannya.
5)      Resolusi Atau Penyelesaian Masalah
                Sejak kejadian itu, pada waktu istirahat Bu Suci lebih sering berada di Kelas. Bu Suci pun mengobrol Waskito. Bu Suci merasa lebih deKat dengan muridnya tersebut. Rapor Waskito berikutnya berisi angka-angka yang baik. Waskito tidak pernah mengacau seperti yang dilakukan tempo hari. Bu Suci pun menepati janjinya untuk mengajak Waskito memancing. Waskito ikut memancing sepuas hatinya di Purwodadi bersama keluarga Bu Suci. Pada akhir tahun pelajaran, Waskito naik kelas. Budenya datang ke Sekolah berterimakasih kepada Kepala Sekolah, guru-guru terutama kepada Bu Suci. Atas keuletannya, Waskito menjadi murid yang lebih dari biasa (pandai).
e)      Sudut pandang:
                Novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) termasuk ke dalam sudut pandang orang petama. Ini dapat dilihat dari cara pengarang menggunakan penyebutan tokoh utama “aku” (sebagai aku-an) di dalam novel.
f)       Gaya Bahasa
                Gaya bahasa yang dipakai dalam novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) adalah gaya bahasa langsung, yaitu pengarang menceritakan semua peristiwa secara langsung. Gaya bahasa yang terdapat dalam novel ini di antaranya adalah gaya bahasa hiperbola dan metonimia.
                Gaya bahasa hiperbola (misalnya: tercekik oleh keharuan, .......... pastilah mulutku akan terloncat cerita peristiwa dikelas kehadapan rekan-rekanku).
                Gaya bahasa metonimia (misalnya: dalam Kata “membuka hati”.
g)      Latar:
1)      Tempat: Rumah Bu Suci, Sekolah Dasar di Kota Semarang, Purwodadi, Perusahaan, Kota Semarang, Mrican, Ruang Dokter, Ruang Kelas, Rumah Nenek Waskito, Rumah Orang tua Waskito, Rumah Bude Waskito, Rumah Sakit Syaraf, Lapangan Sekolah, dan Pabrik Makanan.
2)      Waktu: pagi, siang, sore, dan malam hari.
3)      Suasana: sabar, prihatin, kesal, bingung, marah, sedih, kacau, dan pada akhir cerita semua senang dan bahagia karena Waskito telah menjadi anak yang baik dan pandai berKat usaha dan keuletan Bu Suci dalam mengajar dan mendidik Waskito.
h)      Amanat:
                Novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) ini memiliki berbagai pesan yang terkandung didalamnya, pesan atau amanat yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam novel ini adalah sebagai berikut.
1)      Hendaklah bersabar dan tabah dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan cobaan;
2)      Jangan pernah menganggap remeh seseorang;
3)      Jangan pernah melihat seseorang dari sisi buruknya saja;
4)      Rajin dan tekunlah dalam belajar
5)      Bekerjalah secara profesional;
6)      Jadilah orang tua yang selalu peduli kepada anak-anaknya;
7)      Berikanlah perhatian yang baik terhadap keluarga; dan
8)       Jadilah seorang Guru yang selalu sabar dalam mendidik anak didiknya.

 Unsur-Unsur Ekstrinsik Novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini)
a)      Identitas Novel
Judul             : Pertemuan Dua Hati
Pengarang    : N.H.Dini
Penerbit        : PT. Gramedia Pustaka Utama
Warna Cover : Hijau
Tebal Buku  : 85 halaman
b)      Biografi Pengarang
                Pengarang novel ini bernama Nurhayati Sri Hardini Siti NuKatin (lahir di Semarang, Jawa Tengah, 29 Februari 1936) atau lebih dikenal dengan nama N.H. Dini. Beliau adalah Sastrawati dan Novelis di Indonesia.
                N.H. Dini dilahirkan dari pasangan Saljowidjojo dan Kusaminah. Ia anak bungsu dari lima bersaudara. Ulang tahunnya dirayakan setiap empat tahu sekali. Masa kecilnya penuh larangan. Konon, ia masih berdarah Bugis. Beliau mengaku mulai tertarik menulis sejak kelas tiga SD. Buku-buku pelajarannya penuh dengan tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Ia sendiri mengakui bahwa tulisannya itu adalah pelampiasan hati.
c)       Nilai-Nilai yang Terkandung
Nilai Moral (sikap dan perilaku)
        Nilai moral pada novel “Pertemuan Dua Hati” (Karya: NH.Dini) terdapat pada halaman 32 alinea 1 yang isinya “... kami semua sepaKat bahwa anak-anak tumbuh tidak hanya memerlukan makanan, mereka juga membutuhkan kemesraan, menginginkan perhatian, rasa cinta kepada mereka yang diperlihatkan, menanamkan benih kekuatan tersendiri........”.
Nilai Sosial
        Hubungan antara seorang guru dengan anak didiknya adalah tidak hanya sebatas memberikan pelajaran dikelas melalui sistem program kurikulum, melainkan seorang guru harus lebih deKat dan penuh kasih sayang tehadap semua anak didknya. Agar dapat melahirkan generasi penerus yang dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Nilai Religius
        semua yang terjadi dalam hidup ini adalah kehendak Allah SWT. Manusia hanya mampu berusaha dan berdoa untuk dapat menjalankannya dengan baik dan lancar sesuai rencana.

        Kisah Bu Suci ini adalah sebuah contoh bilamana kita mendapatkan suatu masalah atau cobaan dalam hidup ini, kita harus tetap semangat dalam menjalaninya dan terus berusaha untuk memecahkan masalah dengan cara sabar dan tabah serta terus berdoa pada yang Mahakuasa. 

No comments:

Post a Comment