Novel “Surga Juga di Telapak Kaki
Ayah” (Safira Atalla)
Sinopsis Novel “Surga Juga Di Telapak Kaki Ayah” (Safira Atalla)
Berikut
adalah sinopsis novel “Surga Juga Di Telapak Kaki Ayah”.
“Surga Juga Di Telapak Kaki Ayah”
(Safira Atalla)
Cinta
Ayah tak perlu terdengar dan keluar dari bibirnya. Dia tak butuh kata-kata
cinta kasih untuk mengungkapkan cintanya. Tapi dia butuh perbuatan nyata, bahwa
dia selalu siap dengan sekian lindungannya bagi anak-anaknya.
Seorang
Ayah tak berlebihan, bahkan merasa tak perlu mengucapkan kata sayang kepada
anaknya. Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada
dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada
siapapun, tetapi selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah
membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak
ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah
tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah selalu
tepati janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun
ajakanmu untuk pergi sebenarnya lebih menyenangkan. Ayah selalu sedikit sedih
ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka, karena dia
sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.
Ayah
mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi
begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi. Ayah membantu membuat impianmu jadi
kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang
mustahil, seperti mengapung diatas air setelah ia melepaskannya. Ayah mungkin
tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah
mungkin tampak galak dimatamu, tapi dimata teman-temanmu dia tampak baik dan
menyayangimu.
Ayah
lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup. Ayah benar-benar
senang membantu seseorang, tapi ia sukar meminta bantuan. Ayah di dapur.
Membuat masakan seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula
racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan
persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya? Hmmmm” tidak terlalu
mengecewakan”.
Ayah
mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar
dengan cepat. Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu
senang tapi tidak takut. Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan
mengangkatmu di bahunya, ketika pawai lewat. Ayah tidak akan memanjakanmu
ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu
membutuhkannya.
Ayah
menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu
apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya. Ayah
percaya orang harus tepat waktu, karena itu dia selalu lebih awal menunggumu.
Dan dia tak suka anaknya menunggunya meski hanya sekian detik. Baginya lebih
baik menjadi penunggu.
Unsur-unsur Intrinsik Novel “Surga Juga Di Telapak Kaki
Ayah” (Safira Atalla)
a)
Tema
Tema cerita dalam novel ini adalah
menceritakan berbagai sosok Ayah yang tangguh dan penuh pengorbanan untuk
anak-anaknya.
b)
Penokohan
Tokoh-tokoh
dalam novel ini adalah;
1)
Ayah,
mengajarkan untuk selalu berbuat baik;
2)
lelaki
tua bernama Zhou, bijaksana dan tulus;
3)
anak
Zhou, tabah dan sabar;
4)
tetangga
Pak Zhou, penuh simpati dan empati;
5)
Ayah,
pandai mendidik anak, bijaksana;
6)
Siao
Bao, pintar, suka marah-marah, manja;
7)
Ibu,
penuh perhatian;
8)
Ayah,
sudah tua dan penuh kesabaran;
9)
anak, gampang bosan dan tidak sabaran;
10)
Charlie
Chaplin, aktor komedi Inggris yang multitalent, ayah yang bijaksana;
11)
Geraldine
Chaplin, putri Charlie Chaplin;
12)
Sydney
Chaplin, saudara perempuan Charlie Chaplin;
13)
Fred
Karno, produser film;
14)
Danil,
remaja yang pantang menyerah dan bangkit dari keterpurukannya;
15)
Pelatih;
16)
Ayah,
selalu mendukung anaknya;
17)
Ayah,
perhatian dan sayang terhadap anak-anaknya tanpa membedakan apapun;
18)
Derek
Redmond, atlet pelari olimpiade asal Inggris, optimis, pantang menyerah;
19)
Jim,
ayah Derek, selalu mendampingi dan mendukung anaknya dalam situasi apapun;
20)
Ayah
yang jujur dan berusaha bijaksana menuju jalanNya;
21)
Ayah,
dokter dermawan, baik hati;
22)
Ibu,
wanita tangguh tanpa keluh;
23)
Bablu
Jatav, pria penarik becak berusia 38 tahun, ayah yang penuh tanggung jawab;
24)
Mikio
Okada, ayah yang melindungi putrinya dari bencana badai;
25)
Ayah,
penyayang dan tulus;
26)
Vina,
balita yang masih polos;
27)
Ayah
yang rela berkorban;
28)
Anak
yang rela dan tabah dengan keputusan ayah;
29)
Danu,
ayah yang rela bertahan demi masa depan anak dalam perkawinannya;
30)
John
Griffith, ayah yang rela mengorbankan anaknya untuk keselamatan penumpang;
31)
Raymond,
anak yang cacat tetapi baik hati dan tidak pernah minder;
32)
Pak
Jun Nan, ayah yang berjuang dan berkorban untuk sang anak;
33)
Istri
pak jun nan, baik dan setia;
34)
Pramugari,
baik hati, ramah, dan penyayang;
35)
Ayah
yang akan melakukan apapun demi tanggung jawab merawat anaknya; dan
36)
Ayah
yang hebat karena perjuangan merawat anaknya untuk tidak hidup seperti dia kelak
dengan penuh tulus dan cinta.
c)
Alur
Alur cerita dalam novel ini adalah alur
maju.
d)
Sudut pandang
Sudut pandang cerita dalam novel ini adalah
sudut pandang orang ketiga.
e)
Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan mudah
dimengerti dan dipahami oleh pembaca. Gaya bahasanya menceritakan cerita dalam
novel ini adalah menggunakan bahasa sehari-hari yang mudah dicerna makna dan
artinya jadi pembaca tidak kebingungan
mengartikan makna ceritanya.
f)
Latar
Latar tempat;
Sebuah Gunung, Rumah, Sebuah Desa, Kerajaan,
Medan Perang, Di Halaman, Dalam Rumah, Rumah Penampungan Orang Miskin, Lambeth,
London, Gedung Teater, Kota Kecil, Lapangan Sepak Bola, Stadion, Korea, Pasar
Malam, India, Kota Bharatpur, Jepang, Mall Ambassador, Perjalanan, Mcdonald Arion,
Rumah Sakit Bunda, Jakarta Timur, Halte, Kamar, Spanyol, Kantor Surat Kabar,
China, Beijing, kebun, kantor, dan Sekolah Dasar.
Latar waktu; Suatu hari, siang hari, beberapa bulan kemudian, malam
hari, pagi di hari Minggu, sore hari, hari Sabtu, hari Selasa, olimpiade
barcelona 1992, 1998, setiap hari pukul 4 pagi, hari senin, pukul 6.45, pukul
11.40, hari kamis malam, tanggal 21 November 2010, dan pukul 12 siang.
Latar
suasana; suasana haru, sedih, suka cita,
duka cita, bingung, bangga, kagum, bahagia, dilema, menghargai, dan penuh
pengorbanan dari figur ayah.
g)
Amanat
Amanat yang
terkandung dalam cerita novel ini adalah;
1)
Sayangilah
kedua orang tua kita;
2)
jangan
menanam keburukan karena kelak akan ada balasannya;
3)
kita sebagai
manusia baiknya menerima semua yang telah digariskan tuhan, suka duka ikhlas
menjalaninya tanpa keluh dan perhitungan;
4)
jangan
selalu marah-marah kepada orang lain karena ucapan kemarahan dan suatu
kebencian kepada orang lain akan meninggalkan luka meskipun telah berulang kali
meminta maaf;
5)
belajarlah
untuk mengontrol diri kita;
6)
bersabarlah
dalam menjalani semua fase kehidupan;
7)
rajinlah
bersedekah;
8)
selalu
berikap rendah hati walau sedang berada di atas;
9)
jangan
pernah menyerah untuk jadi juara dan menggapai impian;
10)
hargailah
pemberian orang lain sebab kita tak tahu semua itu akan mendatangkan suka atau
duka;
11)
jika
ingin mendapatkan cinta dan teman dalam hidup, maka minta da pesanlah pada yang
MahaCinta, yang menciptakan Cinta itu ada;
12)
turutilah
nasihat orang tua;
13)
jagalah
ucapan agar tidak menyakiti hati;
14)
sebaiknya
telaah dulu tentang diri sendiri sebelum menilai tentang diri orang lain; dan
15)
sadarilah
kesalahan diri yang terus menerus menggunung tinggi.
Unsur-unsur Ekstrinsik Novel “Surga Juga Di Telapak Kaki
Ayah” (Safira Atalla)
a)
Identitas Novel
Judul: Surga Juga di Telapak Kaki Ayah
Penulis: Safira
Atalla
Penyunting: Puji Lestari
Perancang
sampul: F. S. Setiawan Edy
Penata letak: Robin
Penerbit: CV. Ilmu Padi Infra Pustaka Makmur, Telp. 021-99930633, Email: penerbitpadi@gmail.com
Cetakan 1: Jakarta: Padi, 2013
Tebal: 13 cm x 19 cm, 216 halaman
ISBN: 978-602-1595-11-4
b)
Latar belakang pengarang
-
c)
Nilai yang terkandung
Nilai
Sosial;
1)
Seimbangkanlah
waktu antara dengan keluarga dan dengan pekerjaan, jangan sampai kita menyesal
karena kehilangan keluarga yang sangat berharga dan dicintai;
2)
Menjaga
mulut dari ucapan agar tidak menyakiti orang lain itu lebih baik daripada
mengucapkan jujur tapi sangat tidak manusiawi; dan
3)
Menghargai
orang lain itu adalah perilaku yang membuat anda juga dihargai nantinya.
Nilai
moral;
1)
Mengajarkan
untuk selalu berbuat baik supaya kelak mendapat balasan kebaikan juga dalam hidup
ini, karena hasil yang akan dipetik sesuai dengan apa yang kita tanam;
2)
Jadilah
manusia suci dan satu hati karena lapar menerima sedekah dan mati dalam
kemiskinan adalah seribu kali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki
perasaan; dan
3)
Ternyata
warisan jiwa sangat berarti dan lebih bermakna untuk diterapkan dalam kehidupan
yang akan mengiringi skenario Tuhan, dan perbuatan baik akan membuahkan
kebaikan juga.
Nilai
religius;
1)
Bersyukurlah
atas nikmat diberikannya orang tua yang selalu menyayangi tanpa bandingan
apapun, tangguh tanpa keluh apapun, bertanggung jawab, bijaksana dan penuh
cinta kasih kepada kita selaku anak yang tidak jauh hanya merepotkan mereka
dengan segala rengekan dan permintaan yang terkadang menyusahkan;
2)
Bertawakal
setelah kita semampunya berusaha dalam hidup itu mengagumkan daripada hanya
banyak bicara tanpa usaha apapun;
3)
Manusia
ibarat orang cacat yang melakukan segala sesuatu itu tanpa sempurna, tapi
terkadang keluarga tetap menerima karena cinta kasih yang besar. Manusia yang
selalu dilakukannya adalah kesalahan, ketidaksempurnaan menjalani fase
kehidupan, keburukan, perbuatan terlarang, amal yang kurang, tetapi ampunan
Tuhan dan rahmatNya melangit luas walau dosa telah menggunung tinggi;
4)
Menjalani
hidup yang terkadang tak sesuai dengan keinginan adalah hal yang membosankan
karena tidak adanya perubahan, tetapi keikhlasan akan mengantarkan untuk
mendapat keridhaanNya;
5)
Mengajarkan
untuk selalu menerima yang telah digariskan Tuhan dengan selalu bersyukur
karena hidup pada hakikatnya adalah suka dan duka dan semua ada hikmah
dibaliknya;
6)
Jangan
melupakan Tuhan dan wajib selalu bersyukur kepada Tuhan atas apa yang telah
diberikan, sisihkanlah untuk orang-orang yang sangat mebutuhkan; dan
7)
Semua
yang dimiliki adalah titipan Tuhan maka harus dijaga dengan baik.
Nilai
pendidikan;
1)
Mengajarkan
untuk selalu sabar dalam menjalani semua fase kehidupan yang terkadang
membosankan dan ingin lari dari kenyataan, jangan putus asa dan patah semangat;
2)
Selalu
berjuanglah karena semangat dan keyakinan adalah kunci keberhasilan;
3)
Mengorbankan
sesuatu yang dimiliki terkadang sangat berat, tetapi jika yang dikorbankan akan
mendatangkan suatu kebaikan dan melahirkan generasi baik maka itu lebih baik
daripada mengutamakan kepentingan pribadi; dan
4)
Satu
ayah akan lebih berharga daripada 100 guru di sekolah (George Herbert), Jangan
menghabiskan waktu untuk kerja terus menerus, tapi kasihilah dan sayangi
keluarga terutama anak-anak karena mereka butuh ajaran dari figur ayah yang
selalu menenangkan dalam situasi apapun.
No comments:
Post a Comment