posting

Thursday, January 14, 2016

Analisis Unsur-unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Drama Tak Ada Bintang di Dadanya

 Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
Sinopsis Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)  


“Tak Ada Bintang Di Dadanya”
(Hamdy Salad)
                Suatu pagi sehabis subuh Pak Hasan sedang duduk di ruang kerjanya. Ia sedang memeriksa PR murid-muridnya dengan diterangi lampu belajar. Ia juga ditemani radio yang mengumandangkan lagu-lagu qasidahan. Kemudian istrinya datang membawakannya kopi dan meletakkan kopi itu di atas meja.
                Istrinya menyuruh Pak Hasan untuk istirahat dulu sejenak, karena ia terus saja mengurus pekerjaannya setelah pulang dari luar kota kemarin. Lalu, Pak Hasan menjawab dan menjelaskan bahwa melaksanakan tugas dan kewajiban itu juga seperti jalan-jalan yang menyehatkan badan, hati, juga pikiran. Pak Hasan lanjut menjelaskan, bahwa pekerjaannya itu adalah masalah penting yang membahas agama. Jadi, mesti diperiksa dengan benar. Ia tak mau kalau murid-muridnya itu menjadi generasi yang rusak karena gurunya yang mengoreksi soal-soal yang penting dan fundamen saja seperti main-main.
                Istrinya mengobrol sambil melanjutkan meyapu lantai. Istrinya pun berbicara kalau baiknya Pak Hasan bekerja seadanya saja tanpa membedakan apakah itu matematika, ekonomi, atau agama, karena sama-sama pelajaran di sekolah.
                Pak Hasan pun menjelaskan kembali kalau itu beda urusannya. Kalau matematika yang salah, itu bisa diperbaiki. Tetapi kalau soal agama, bisa bahaya jika ada kesalahan, karena masuk ke dalam hati. Salah sedikit saja akan mempengaruhi tingkah laku anak. Pelajaran agama itu juga masalah hati, masalah moral bangsa, masalah kehidupan dunia dan akhirat. Jadi, bukan sekadar angka, tidak bisa disamakan dengan matematika atau pelajaran lainnya.
                Setelah menyimak penjelasan dari Pak Hasan, istrinya pun mengerti bahwa jika ada kesalahan dalam memahami dasar-dasar agama, bisa jadi salah seumur hidup. Karena pandangan itulah Pak Hasan selalu berusaha untuk serius. Walau dia tahu, serius atau tidak serius, gaji guru akan tetap saja. Pak Hasan benar-benar menyadari kewajibannya dengan selalu bersikap ikhlas, teliti, dan bukan seenaknya sendiri.
                Kemudian, istrinya mengingatkan lagi kalau kesehatan Pak Hasan juga perlu diperhatikan agar tetap bisa menjalankan tugasnya sebagai guru. Kalau Pak Hasan sakit, istrinya akan kerepotan dan anaknya yang masih kuliah di luar kota akan merasa khawatir dengan keadaan Ayahnya.
                Perbincangan mereka pun terputus karena tercium bau gosong di dapur akibat masakan istrinya yang lama ditinggal ngobrol. Istri Pak Hasan pun pergi ke dapur untuk melihat masakannya dan Pak Hasan kembali melanjutkan pekerjaannya.  
                Pak Hasan masih terlihat memeriksa PR sampai ia menguap berkali-kali dan tiba-tiba tertidur. Dalam tidurnya Pak Hasan bermimpi didatangi tiga orang anak didiknya dulu yang berpenampilan seperti preman yang hendak merampok. Dalam mimpinya, anak pertama berbicara  seolah menyalahkan sosok Pak Hasan sebagai seorang guru yang dulunya mengajarkan mereka untuk bersikap baik hati, selalu ikhlas, dan bersyukur. Tetapi, pada kenyataannya mereka masih hidup dalam kemiskinan bahkan menderita. Lalu, anak kedua juga berbicara dan menyalahkan Pak Hasan karena mengajarkan untuk hidup sederhana, tidak boleh mencuri, dan tidak boleh mengambil hak orang lain, serta tidak boleh pacaran. Kemudian, anak ketiga pun menyalahkan Pak Hasan dan mengusulkan untuk menghabisi Pak Hasan dan membuangnya saja karena telah membuat mereka menderita. Dalam mimpinya juga, Pak Hasan dimaki-maki dan dihina serta disalahkan karena menjadi seorang guru yang hanya bisa ngomong saja yang baik-baik tetapi dengan berbuat baik mereka tetap saja hidup dalam kemiskinan dan menderita kesusahan.
                Setelah itu, tiba-tiba Pak Hasan dikagetkan dengan kedatangan istrinya yang membangunkannya. Istrinya juga memberi tahu kalau ada tamu diluar yang menunggunya. Pak Hasan masih kaget dengan mimpinya. Lalu, ia menceritakan kepada istrinya bahwa ia baru saja mimpi buruk karena di mimpinya ia didatangi oleh murid-muridnya yang malah menjadi preman dan menyalahkan pengajaran agama yang disampaikannya kepada mereka. Istrinya mencoba menenangkan Pak Hasan dengan menjelaskan kalau mimpi itu hanya bunga tidur, bisa saja dalam kenyataannya kita akan mengalami yang sebaliknya dari mimpi itu.
                Tamu mereka pun sudah lama menunggu di luar. Istrinya Pak Hasan lalu membukakan pintu. Para tamu pun masuk. Ternyata yang datang adalah murid-muridnya Pak Hasan. Mereka tahu kalau hari itu Pak Hasan tidak ada kelas untuk mengajar, maka mereka pun datang ke rumahnya dengan meminta izin terlebih dahulu kepada pihak sekolah. Pak Hasan pun heran dengan kedatangan muridnya. Ia takut kalau mimpinya menjadi kenyataan. Perbincangan mereka pun terhenti saat Istri Pak Hasan masuk dan membawakan minuman untuk para tamunya. Setelah meletakkan gelas-gelas itu, istri pak Hasan pun kembali ke dapur untuk membereskan pekerjaannya.
                Pak hasan pun semakin takut dengan mimpi buruknya yang menjadi kenyataan karena muridnya yang datang tidak langsung memberitahukan maksud dan tujuan kedatangan mereka ke rumah Pak Hasan. Lalu, salah satu anak muridnya memberikan amplop pada Pak Hasan. Pak Hasan pun semakin bingung.
                 Tiba-tiba anak muridnya yang lain masuk, ternyata mereka sudah menunggu di luar rumah beberapa orang. Mereka membawakan kue ulang tahun, meniupkan terompet dan memberikan hadiah kepada Pak Hasan. Pak hasan terkejut dan merasa senang ternyata mimpinya tidak menjadi nyata.
                Pak hasan mengucapkan terima kasih kepada anak muridnya yang telah mengingat kelahirannya. Tetapi ia menjelaskan bahwa yang lebih baik itu bukan mengingat kelahiran tetapi hari kematian. Pak Hasan juga mengingatkan kepada mereka untuk terus beribadah karena ajal atau hari kematian itu tidak akan ada yang tahu, maka kita sebagai manusia harus bisa menjalankan ibadah kepada sang pencipta dimana pun dan kapan pun. Supaya kita tidak menyesal nantinya.
                Lalu, Pak Hasan pun membuka hadiah dari muridnya. Ternyata isinya adalah foto Pak Hasan yang memiliki simbol bintang di dadanya. Tetapi, Pak Hasan menyuruh muridnya untuk melepaskan simbol bintang itu dengan alasan bintang itu untuk pangkat jendral. Sedangkan, ia bukan jendral, bukan juga pahlawan perang. Maka dari itu, lambang bintang itu bukan untuk dirinya yang hanya sebagai Guru. Salah satu muridnya pun melepaskannya dan memberikan hadiahnya kepada Pak Hasan.
                Alasan Pak Hasan menyuruh menanggalkan lambang bintang dari fotonya adalah tak lain ia merasa hanya sebagai guru agama yang tak pantas mendapatkan bintang di dalam gambar fotonya, karena tugasnya hanyalah mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak muridnya. Semua itu dilakukan karena ibadah dan mengharapkan pahala dari Tuhan. Mengajar itu menurut Pak Hasan bukan untuk mendapatkan bintang. Tetapi, itu semua tugas dan kewajibannya sebagai guru agama.
                Anak-anak muridnya pun mengucapkan banyak terima kasih kepada Pak hasan karena telah banyak mengajarkan hal-hal baik kepada mereka soal moral, etika, dan terutama agama yang akan dibawa dalam kehidupan mereka dunia dan akhirat kelak.

 Analisis Unsur-unsur Intrinsik Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
a)      Tema
Tema yang diangkat dalam cerita drama ini adalah Seorang Guru yang Begitu Perhatian dan Peduli  kepada Murid-muridnya Terutama dalam Moral dan Etika”.
b)      Plot atau Alur
Plot atau alur cerita drama ini adalah alur maju.
c)       Tokoh dan Penokohan
1)      Pak Hasan, seorang guru agama yang baik hati, selalu mengajarkan kebaikan pada murid-muridnya, tidak pernah capek dalam bekerja, tidak pernah putus asa, pantang menyerah, dan selalu serius juga teliti dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.
2)      Istri Pak Hasan, baik hati, penyayang, perhatian kepada suaminya, tetapi sedikit kurang mengerti soal tugas dan kewajiban dalam pekerjaan yang menganggap tugas guru itu hanya main-main dan menyepelekan pekerjaan suaminya.
3)      Tiga anak dalam mimpi, berperan antagonis yaitu anak-anak nakal yang tidak punya sopan santun, tidak beretika, tidak tahu diri, dan mereka orang-orang yang menyalahkan jasa guru mereka sendiri.
4)      Bu Amir, tetangga Pak Hasan, ia seorang dosen dan juga berteman baik dengan Istri Pak Hasan.
5)      Midun, tokoh yang diceritakan Istri Pak Hasan yang mempunyai perangai tidak baik dan seorang narapidana.
6)      Anak-anak Pak Hasan yang sedang kuliah di luar kota,
7)      Murid-murid pak Hasan.
d)      Latar
Latar tempat; di rumah Pak Hasan, di dalam mimpi, di luar kota, dan di dapur.
Latar waktu; pagi hari sehabis subuh, kemarin, pagi menjelang siang.
Latar suasana; penuh semangat dalam bekerja yang dialami dan dijalani pak hasan, tiba-tiba menjadi kaget dan ketakutan karena pak hasan alami mimpi buruk dan mengerikan karena muridnya yang ingin mencoba mencelakainya, tapi berubah menjadi bahagia dan bangga ternyata mimpinya tak menjadi kenyataan, ternyata pada hari itu pak hasan ulang tahun dan mendapat hadiah serta doa dari murid-muridnya.
e)      Amanat
1)      Jadilah guru yang baik, yang bisa dijadikan panutan oleh murid-muridnya, yang mengajarkan banyak hal baik pada orang lain, dan bekerja sesuai tugas dan kewajibannya tanpa mengharap imbalan apapun karena dilakukannya dengan ikhlas.
2)      Jangan membicarakan kejelekan orang lain
3)      Jadilah murid yang baik dan hormat kepada guru
4)      Ingatlah semua pengorbanan dan jasa guru kepada kita, karena tanpa mereka kita tidak akan pernah mencapai semuanya sampai akhir dan meraih tujuan yang kita inginkan.

Analisis Unsur-unsur Ekstrinsik Drama “Tak Ada Bintang Di Dadanya” (Hamdy Salad)
a)      Latar Belakang Kehidupan Pengarang
-
b)      Nilai-nilai yang terkandung
Nilai moral;
Haruslah ingat kepada jasa-jasa guru yang telah mengantarkan kita mencapai berbagai impian dan cita-cita
Nilai sosial;
Bersikap sopan dan hormatlah kepada guru-guru kita walau kita sudah menjadi alumni, tapi jasanya akan tetap ada dan terkenang dalam hati sanubari.
Nilai religius;
Dalam menjalankan semua tugas dan kewajiban kita harus ikhlas, jangan mengharapkan imbalan apapun yang akan kita terima. Cukup dengan mengharapkan pahala dari Tuhan YME dan semua yang kita lakukan diniatkan untuk ibadah semata kepada Allah.
Nilai pendidikan;

Sampaikanlah berbagai kebaikan pada sesama tanpa mengharapkan imbalan dan upah apapun. Melalui cerita ini kita dididik untuk dapat menghormati guru, teman, dan sesama kita dengan baik. Bukan dengan menyalahkan semua yang telah diberikan orang lain pada kita, karena itu semua tak berguna, itu hanya menandakan lemahnya iman saat menjalani kehidupan yang fana ini. 

2 comments: