Analisis
Drama
Drama
“Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
Sinopsis
Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
“Majalah
Dinding”
(Bakdi
Soemanto)
Suatu
pagi di ruang kelas ada seorang siswa yang sedang duduk di atas meja. Siswa itu
namanya Anton. Ia adalah pemimpin redaksi majalah dinding. Disana dia ditemani
Rini, sekretaris redaksi, yang sedang duduk di kursi.
Pada
waktu itu hari Minggu, pagi-pagi sekali Anton buru-buru pergi ke sekolah karena
mendengar berita dari Wilar, wakil pemimpin redaksi sekolah, bahwa majalah
dinding itu di bredel oleh kepala sekolah gara-gara Trisno mengejek Pak Kusno,
guru karate.
Seorang
siswa lainnya, Kardi sedang membaca buku. Ia adalah eseis yang suka menuliskan
karangannya di majalah dinding sekolah. Lalu, Anton meminta tolong pada Kardi
untuk membantunya menyusun surat protes kepada kepala sekolah. Tetapi, Rini
merasa kalau protes tak ada gunanya, karena kepala sekolah itu berlagak
penguasa. Sedangkan, menurut Kardi tindakan kepala sekolah seperti itu adalah
mendidik. Bagi Anton, mendidik itu bukan begitu caranya. Rini pun berpendapat kalau lebih baik mereka
protes diam dengan cara mogok kerja sebagai staf redaksi. Anton sebagai
pemimpin redaksi masih memikirkan nasib anggotanya yaitu Trisno. Trisno masih
dalam bahaya karena karikaturis redaksi itu bisa celaka akibat ulahnya
tersebut. Pemimpin redaksi itu pun bingung bagaimana cara menyelesaikan masalah
ini. Mereka semua pun memikirkan bagaimana caranya dengan terus berdiskusi.
Mulai dari usulan untuk melakukan front terbuka, tetapi takut orang luar tahu
dan sekolah menjadi cemar. Usulan untuk melakukan main gerilya, tetapi takut
kalah. Mereka juga merasa bingung karena berhadapan dengan orang tuanya sendiri
sebagai kepala sekolah.
Tiba-tiba
Trisno datang dengan nafas terengah-engah. Peluhnya berleleran. Lalu, semua
orang menyemprot Trisno dengan berbagai pertanyaan. Setelah itu, Trisno pun
menjelaskan bahwa ia telah dipanggil oleh kepala sekolah ke rumahnya. Dia pun
menjelaskan kalau dia didesak oleh kepala sekolah soal majalah dinding itu dan
mengatakan kalau semuanya adalah ide dirinya sendiri. Lalu dia pun mengatakan
bahwa tanpa sepengetahuan Anton dia memasang karikatur itu, dan sepenuhnya
tanggung jawab dirinya.
Tiba-tiba
Anton marah, dia merasa tersinggung oleh sikap Trisno. Seharusnya Antonlah yang
mesti di undang dan sebagai penanggung jawabnya. Tetapi pada dasarnya Trisno
hanya ingin melindungi Anton sebagai pemimpin redaksi karena itu semua
kesalahannya. Tetapi Anton malah memarahi Trisno dan menganggapnya hendak
berlagak pahlawan lalu Trisno pun pergi meninggalkan kelas. Setelah itu, Wilar
datang. Dengan cepat Rini menanyakan kepada Wilar apakah Pak Lukas mau menolong
mereka dalam masalah ini. Wilar pun menjawab kalau Pak Lukas mau menolong
mereka. Wilar lanjut menjelaskan bahwa Pak Lukas sebagai wali kelasnya akan
ikut bertanggungjawab atas perbuatan Trisno terhadap Pak Kusno. Tetapi, dengan
syarat bahwa mereka tidak boleh bertindak sendiri. Lalu Pak Lukas menyatakan
kalau dia yang akan maju ke Bapak Kepala Sekolah. Pak Lukas pun tahu kalau Pak Kusno memang
kurang beres. Tetapi, kalau mereka bertindak sendiri-sendiri, maka akan
dilaporkannya ke Polisi.
Setelah
kejadian itu, mereka merenungkan bahwa Pak Lukas, wali kelasnya memang guru
sejati, karena sudah mau melibatkan dirinya dengan problem anak-anaknya. Rini
pun merasa kalau Pak Lukas seperti bapaknya sendiri. Pak Lukas seorang bapak
yang melindungi dan sifatnya lembut seperti seorang Ibu. Pak Lukas memang
penyelamat anggota staf redaksi saat itu. Mereka pun menyimpulkan kalau
kreativitas ternyata membutuhkan perlindungan.
Analisis
Unsur-unsur Intrinsik Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
a)
Tema
Tema
yang diangkat dalam cerita drama ini adalah mengenai anggota staf redaksi
majalah dinding yang berusaha menyelesaikan masalah pembredelan mading yang
dilakukan oleh Kepala Sekolah, karena sikap salah satu anggotanya, Trisno,
seorang karikaturis telah mengejek Pak Kusno, guru karate. Temanya : diskusi
para anggota staf redaksi dalam penyelesaian masalah pembredelan mading.
b)
Alur
Alur
cerita drama ini adalah alur maju karena diawali dengan Anton, pemimpin redaksi
yang bingung karena masalah pembredelan mading oleh Kepala Sekolah. Hingga
akhirnya semua anggota staf redaksi pun berembug untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Lalu, mereka pun mendapatkan solusi dengan Pak Lukas, wali kelasnya
yang akan membantu turun tangan dalam masalah ini dan akhirnya masalah
pembredelan pun selesai. Selanjutnya, mereka merenungkan kalau ternyata
kreativitas itu membutuhkan perlindungan.
c)
Tokoh
1)
Anton; pemimpin redaksi, kurang
memperhatikan pada kinerja anggota stafnya sehingga terjadi masalah pembredelan
oleh kepala sekolah, orang yang gampang emosi terhadap suatu hal yang kurang
berkenan di hatinya, menyalahkan orang tanpa mendengarkan penjelasannya
terlebih dahulu, tetapi pada akhirnya ia menyadari semua salahnya dalam
menyikapi masalah dengan mencoba merenungkan semuanya sehingga solusi pun
didapat dan masalah menjadi selesai.
2)
Rini; sekretaris redaksi, setia
menemani anggota staf dalam masalah, mencoba membantu mencari jalan keluar
dalam masalah itu.
3)
Kardi; eseis atau karikaturis yang
tulisannya mulai dikenal lewat majalah dinding, seseorang yang bijak dalam
menyikapi masalah karena ia selalu berpikiran baik terhadap orang walau
tindakannya kurang menyenangkan, dia orang yang cerdik dan cerdas dalam mencari
solusi, seorang penasihat yang baik pada teman-temannya, dia juga orang yang
sering di katakan filsuf oleh teman-temannya karena ucapannya yang selalu
bijak.
4)
Trisno; seorang karikaturis majalah
dinding yang mengejek Pak Kusno, biang semua masalah dalam cerita drama ini,
tetapi Trisno orang yang mau bertanggungjawab atas semua kesalahannya walau tak
dihargai oleh pemimpin redaksinya, dia berani mengambil resiko apapun atas
kesalahan yang ia perbuat.
5)
Wilar; wakil pemimpin redaksi, orang
yang mau membantu staf anggota redaksi dalam menyelesaikan masalah dengan meminta
bantuan pada wali kelasnya.
6)
Pak Kusno; guru karate yang sikapnya
kurang beres.
7)
Pak Lukas; guru wali kelas yang mau
melibatkan dirinya dalam masalah anak-anak didiknya dan seseorang yang ikut
bertanggungjawab dalam penyelesaian masalah anaknya, dia juga guru sejati yang
melindungi, sifatnya lembut keibuan, dan seorang penyelamat bagi anggota staf
redaksi saat itu.
d)
Latar
Latar tempat;
ruang
kelas dan rumah Pak Kepala Sekolah.
Latar waktu;
hari
Minggu dan pagi hari.
Latar
suasana;
Suasana
pada saat itu adalah kaget karena pemimpin redaksi mendapat berita pembredelan
mading oleh kepala sekolah karena salah satu anggotanya Trisno mengejek Pak
Kusno, sebagai guru karate. Semua anggota menjadi bingung bagaimana
menyelesaikan masalah itu. Lalu, berubah menjadi tegang karena Anton, pemimpin
redaksi itu marah kepada Trisno atas sikapnya. Tetapi, keadaan menjadi tenang
kembali dan mereka semua pun mendapatkan solusi dari masalah tersebut dengan
datangnya Wilar yang membawa kabar kalau Pak Lukas mau membantu mereka
menghadap ke Kepala Sekolah untu membicarakan hal tersebut.
e)
Amanat
1)
Jangan menyelesaikan masalah dengan
emosi;
2)
Hargailah keputusan orang lain;
3)
Ingatlah bahwa kreativitas itu
membutuhkan perlindungan.
Analisis
Unsur-unsur Ekstrinsik Drama “Majalah Dinding” (Bakdi Soemanto)
a)
Latar
Belakang Pengarang
-
b)
Nilai-Nilai
Yang Terkandung
Nilai sosial:
Cerita
ini mengajarkan untuk bersikap hormat pada guru sekalipun guru itu memang
kurang beres dalam arti bisa saja menyebalkan atau hal apapun, karena tetap
saja beliau itu guru kita. Sebaiknya kita berbicara baik-baik padanya dan
mengingatkan kepadanya kalau sikapnya kurang berkenan.
Cerita ini mengajarkan untuk
menghormati tindakan orang lain, berprasangka baik terhadap tindakan orang
lain, karena sebetulnya mungkin itu memberikan pelajaran atau pendidikan
terhadap diri kita.
Nilai moral:
Cerita ini
mengajarkan untuk dapat tenang dalam
menghadapi suatu masalah dan bersikaplah
dengan bijak bukan dengan penuh emosi yang dilakukan oleh tokoh Anton.
Dalam cerita ini juga kita dianjurkan sebaiknya bermusyawarahlah dalam
penyelesaian masalah.
Assalamualaikum. Kak, cara dapetin naskahnya gimana ya?
ReplyDelete1. Anton : Kardi.
Delete2. Kardi : Ya!
3. Anton : Kau ada waktu nanti sore?
4. Kardi : Ada apa sih?
5. Anton : Aku perlu bantuanmu menyusun surat protes itu.
6. Rini : Kurasa tak ada gunanya kita protes. Kita sudah kalah. Bagi kita, Kepala Sekolah bukan guru lagi. Bukan pendidik. Ia berlagak penguasa.
7. Kardi : Itu tafsiranmu, Rin. Menurutku dia tindakannya itu mendidik.
8. Anton : Mendidik, tetapi mendidik pemberontak. Bukan mendidik anak-anaknya sendiri. Gila.
9. Kardi : Masak begitu?
10. Anton : Kalau mendidik anaknya kan bukan begitu caranya.
11. Kardi : Tentu saja tidak. Ia bertindak dengan caranya sendiri.
12. Rini : Sudahlah. Kalau kalian menurut aku, sebaiknya kita protes diam. Kita mogok. Nanti, kalau sekolah tutup tahun, kita semua diam. Mau apa Pak Kepala Sekolah itu, kalau kita diam. Tenaga inti masuk staf redaksi semua.
13. Anton : Tapi masih ada satu bahaya.
14. Rini : Bahaya?
15. Kardi : Nasib Trisno, karikaturis kita itu?
16. Anton : Bisa jadi dia akan celaka.
17. Rini : Lalu
18. Anton : Kita harus selesaikan masalah ini
19. Rini : Caranya?
20. Anton : Kita harus buka front terbuka.
21. Kardi : Itu nggak taktis, Bung!
22. Anton : Habis, kalau main gerilya kita kalah.
23. Kardi : Baik. Tapi front terbuka juga berbahaya.
24. Rini : Orang luar bisa itu. Sekolah cemar.
25. Kardi : Betul!
26. Anton : Aoakah sudah tak ada jalan keluar lagi? Kita mati kutu?
27. Kardi : Ada, tapi jangan grasa-grusu. Kita harus ingat, ini bukan perlawanan melawan musuh. Kita berhadapan dengan orang tua kita sendiri. Jadi jangan asal membakar rumah, kalau marah.
28. Anton : Baik, filsuf! Apa rencanamu?
29. Trisno masuk. Nafasnya terengah-engah. Peluhnya berleleran.
30. Rini : Kau dari mana, Tris?
31. Anton : Dari rumah Pak Kepala Sekolah?
32. Kardi : Dari rumah Kepala Sekolah dan kau dimarahi?
33. Trisno : Huuuuuhhhh. Disemprot ludah pagi hari bacin.
34. Rini : Ngapain ke sana? Kan tidak dipanggil?
35. Anton : Kau goblog, Tris! Masak pagi-pagi ke sana.
36. Kardi : Sebaiknya kau nggak ke sana sebelum berembug dengan kita.
Pesan yg terkandung dalam drama ini g ada kak?
ReplyDeleteSama garis besar cerita drama tradisional?
Pesannya itu di amanat
DeleteKak bisa tolong sebutkan konflik nya?? 🙏🏼🙏🏼
ReplyDeleteKak minta tolong konteks dan deskripsi nya bagian mna?
ReplyDelete